18 Juli 2019

Menjadi Ibu Baru part. 1

Mengantarmu melihat dunia. Sumber: Unsplash

Ada banyak kisah dalam setiap proses persalinan. Entah itu kelahiran pervaginam atau caesar. Cukup bulan atau prematur. Posisi normal atau sungsang. Proses yang waktunya singkat atau butuh waktu berhari-hari. Banyak orang bilang kalau melahirkan caesar itu enak karena tidak merasakan sakit. Mungkin memang iya, tapi setelah biusnya habis? Banyak yang bilang bahwa dengan melahirkan normal  barulah seorang wanita bisa dikatakan sebagai ibu sejati. Buatku, no. Sama. Setiap proses kelahiran itu memiliki kenikmatannya masing-masing dan sama mulianya. Setelah mengalami rasanya melahirkan, aku bisa bilang bahwa dari awal kehamilan sampai pasca melahirkan adalah tentang mendewasakan diri dan menerima diri ini apa adanya.

Ada yang sudah afirmasi dari A-Z supaya persalinan normal pervaginam, tapi di ujung kehamilan yang sudah bukaan sekian berhari-hari akhirnya juga harus cesar. Yang pervaginam pun sama. Sudah afirmasi supaya bisa melewati kontraksi dengan baik dan tidak adanya robekan di perineum, ternyata juga tetap menjerit dan butuh jahitan di perineum. Gradenya gede lagi, sampe nakesnya bilang, "Wah, robeknya berantakan banget ini bu..". Semua usaha dan do'asudah dilakukan, tapi semua keputusan akhir ada di tangan Tuhan. 

Setelah perjuangan melahirkan selesai, apakah perjuangan lainnya selesai juga? Oooo, tentu tidak. Yang paling menjadi beban pikiran sebagian ibu pasca persalinan adalah, "Apakah setelah melahirkan, tubuh bisa kembali seperti semula saat sebelum hamil?"

Pasca persalinan, perut masih akan terlihat besar seperti sedang hamil 4 bulan. Bedanya, kondisi perut sekarang berkerut. Jelas. Selama 9 bulan kulit meregang seiring dengan besarnya kehamilan, tiba-tiba menyusut karena isinya sudah tak ada lagi. Belum lagi stretch mark yang menghiasi sekeliling perut. Ditambah, bagi yang melahirkan pervaginam akan merasakan rasa tidak nyaman dan takut untuk buang air di beberapa minggu awal. Rasa takut jahitan akan lepas atau nyeri yang tiba-tiba muncul, atau merasakan perasaan yang lain akibat bentuk yang kini berbeda. Bagi yang melahirkan cesar, rasa sakit di bekas jahitan yang katanya masih sering terasa sakit meskipun sudah melahirkan bertahun-tahun, belajar bagaimana caranya duduk, berdiri, berjalan, mengurus bayi dan bahkan mengurus diri-sendiri.

Belum lagi mengubah kebiasaan sehari-hari. Yang mulanya setiap hari bisa tidur nyenyak dari jam 9  malam sampai subuh, kini harus bangun setiap 2 atau 3 jam untuk menyusui. Air susu yang di awal kadang belum keluar, flat nipple, puting lecet, payudara bengkak akan menghiasi hari-hari awal. Yang tadinya bisa nonton drama korea di depan laptop berjam-jam, kini waktunya bisa saja berkurang drastis.

Di proses itulah kita harus belajar menerima diri sendiri. Menerima perubahan fisik yang mungkin tak bisa kembali, maupun perubahan psikis berkaitan dengan mood dan lain-lain. Kalau diri kita sendiri belum bisa menerima, kupikir rasanya akan susah untuk dijalani. Untuk itu, new mom memang harus diberikan support penuh dari orang-orang disekitar, terutama suami. Karena yang paling dekat secara emosional selain ibu kandung biasanya adalah suami.

Ada sedikit pesan nih. Plis lah, kalau menjenguk new mom, biarkan dia banyak bercerita dan jangan terlalu banyak menasehati dan bertentangan pendapat. Kan dia yang baru melahirkan, bukan kamu.

Bercerita soal persalinan tak akan ada habisnya. Tiap aku baca cerita orang-orang yang melahirkan, pasti merebes mili terharu pengen nangis. Kalo kata netijen, "Postingan ini mengandung bawang". Tapi aku suka. Aku bahagia melihat kelahiran, aku bahagia melihat sepasang kekasih yang akhirnya menjadi orang tua. Selepas ini, masih ada proses mengASIhi sampai anak berusia 2 tahun berikut dengan cerita seru dibaliknya. Mungkin nanti aku bakal cerita tentang hal itu. Jadi, kusudahi dulu ya postingan ini. Sampai ketemu di tulisan selanjutnya!

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari: