18 Juli 2019

Kenapa Melahirkan di Puskesmas?

M.H.A ❤
Perjalanan kehamilan diakhiri dengan proses persalinan. Persalinan bisa dilakukan dimanapun, baik di sarana kesehatan, bahkan ada juga yang memilih untuk melahirkan di rumah. Dari sekian banyak pilihan tempat melahirkan, bulan Februari lalu akhirnya aku memilih untuk melahirkan di sebuah puskesmas di wilayah Magelang, Jawa Tengah. Mungkin sedikit cerita ini bisa menjadi insight bagi calon ibu yang masih bingung untuk memilih tempat bersalin.

Oiya, disclaimer dulu ya. Ini murni berbagi pengalaman pribadi. Perbedaan layanan di masing-masing Puskesmas bisa saja terjadi. Tapi kalau berminat untuk melahirkan di puskesmas yang sama denganku, boleh tanya-tanya lebih lanjut ya!

Here we go!

Pertama, selama kehamilan, sejujurnya aku belum punya bayangan sama sekali akan melahirkan dimana. Dokter tempatku kontrol tiap bulannya tidak melayani persalinan di tempat beliau praktik (di rumahnya) karena beliau juga praktik di rumah sakit yang cukup besar di Yogyakarta. Pandangan awalku adalah, aku ingin melahirkan di tempat yang dekat dengan rumah. Jadi, setiap ditanya, aku hanya menjawab "di Bidan". Setelah diskusi dengan keluarga, akhirnya sempat diputuskan untuk rencana melahirkan di bidan dekat rumah (kebetulan memang ada, dan kakak iparku juga melahirkan di sana). Oiya, aku memang tidak berencana melahirkan di rumah sakit ya dari awal. Alhamdulillah, kandunganku tidak ada indikasi medis yang berbahaya pada waktu itu. Tapi ternyata ada second opinion, kakak iparku menawarkan supaya melahirkan di puskesmas tempatnya bekerja. Pertama kali mendengar tawaran melahirkan di puskesmas, aku sempat ragu, kayak yang, "Ntar kalo di puskesmas nyaman nggak ya?"

Kakak iparku menepis kekhawatiranku dengan mengatakan bahwa tempat bersalin di puskesmas tempatnya bekerja sangat nyaman karena terpisah dari bangunan puskesmas utama. Kemudian hanya ada satu ranjang, jadi malah seperti kamar VIP kalau di rumah sakit. Nah, ketika tiba saatnya aku melahirkan di sana, pertama kali aku datang dengan kondisi sudah kontraksi yang cukup intens. Masuk ke ruangannya, Alhamdulillah memang betul terasa nyaman. Bersih, luas, dan nakesnya fokus untuk membantu persalinanku saja. Jadi, konsentrasiku nggak terpecah, tetap fokus, nggak terganggu dengan pasien lain dan mengganggu pasien lain juga.

Kedua, bidannya pro gentle birth. Setelah bayi keluar, ibu dan bayi dikasih kesempatan IMD. Duh aku terharu kalo inget momen yang ini. Tiba-tiba di atas dadaku ada bayi mungil merangkak mencari minuman pertamanya. Terus, nggak main gunting perineum juga. Epis akan dilakukan kalau kita minta deh kayaknya. Jadi, para nakes ini membiarkan kelahiran berjalan sealami mungkin. Mereka juga teman kerja kakak iparku, jadi untuk komunikasi lebih enak. Mereka bener-bener berusaha untuk bikin aku nyaman dan nggak trauma. Terlebih di persalinan kemaren aku lumayan heboh cerewet dan payah banget nafasnya karena lemes. Nggak yang marah-marahin ibu bersalinnya misal gara-gara nafas nggak bener, dll. Kontrol nifas dan bayi juga lebih enak dan santai. Padahal kontrol nifas itu kadang masih bikin aku trauma, dengkul tegang banget pokoknya. Haha.

Ketiga, ruangan persalinan yang super nyaman dan fasilitas lengkap plus Ambulance. Jadi, tempat persalinannya itu sebetulnya rumah dinas yang nggak dipakai. Di dalam ruangan persalinan ada AC juga. Kerasa kayak di tempat VIP juga karena di dalam ruangan itu kasurnya cuma ada satu. Terus kalo tetiba ada indikasi medis yang gawat, Ambulance juga siap sedia. Jadi, jangan khawatir ya. Udah ada SOPnya juga dan bisa dibaca siapapun termasuk ibu yang melahirkan. Ini aku sempet baca juga sih, tapi karena selama melahirkan aku gak pegang HP sama sekali yaa nggak ada foto deh. Hehe.

Keempat, minim orang nggak dikenal. Yang belum ku kenal di ruangan itu cuma 3 bidan. Lainnya ya suami dan keluarga. Kalau di rumah sakit atau rumah bersalin kan bisa terintervensi sama suara orang melahirkan di bed sebelah. Alih-alih bikin tenang, malah bikin khawatir pas dia teriak kesakitan. Orangnya juga banyak yang nggak dikenal. Ada dokter SPOG, dokter anak, suster, bahkan kadang koas. Buatku pribadi, kurang nyaman.

Kelima, nggak perlu rawat inap. Malamnya persalinan, pagi sudah boleh pulang dan istirahat di rumah. Yeeeeeey~ "Loh, udah bisa jalan emang?". Udah kok. Udah buang air juga malahan. Yakali semaleman ngga pipis padahal minumnya lumayan banyak. Asal udah dicek lagi beberapa jam setelah melahirkan dan memang tidak ada indikasi medis, boleh langsung pulang.  

Keenam, muraaaaaah. Hehe. Seluruh tindakan yang aku terima saat persalinan di puskesmas menghabiskan biaya nggak sampai 1 juta lho tanpa BPJS! Ini kejadian gapake BPJS terjadi karena BPJS baru aktif tanggal 14 Februari, sementara anakku lahir tanggal 13 Februari jam 23.05. Hahaha. Emaknya udah ga kuat nahan karena anaknya juga udah kebelet keluar. 

Menurutku, puskesmas bisa jadi pilihan tempat melahirkan juga kok. Tapi ya yang jelas pastikan dulu fasilitas puskesmasnya kayak gimana. Kalau biasa kontrol di dokter, minimal sekali lah kontrol di puskesmas sambil tanya-tanya soal fasilitas persalinannya gimana. 

Lokasi puskesmas:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari: