Kenapa sih saat sedang berjauhan dengan bayi, ibu tetap harus mengosongkan payudara? Riweh banget.
Eh, jangan dulu bilang riweh kalau belum tau plus dan minusnya. Jadi gini, ASI itu kan sistemnya supply and demand. ASI akan diproduksi dengan membaca 'bahasa' tubuh, yakni dengan mendeteksi apakah payudara sudah kosong atau masih terisi. Kalau payudara sudah kosong, kelenjar ASI akan memproduksi ASI lagi. Kalau payudaranya masih penuh, ASI nggak akan diproduksi. Nah, akibat jangka panjangnya adalah, volume ASI yang dihasilkan akan semakin sedikit jumlahnya. Selain itu, kalau payudara penuh tapi nggak segera dikosongkan, para ibu menyusui pasti tau lah ya sakitnya kayak gimana. Bengkak, panas dan nyeri. Udah paling bener kalau langsung dikosongin deh.
Setelah tiga bulan cuti pasca melahirkan, ibu bekerja yang menyusui biasanya dihadapkan pada persoalan baru. "Gimana nih caranya supaya payudara tetep bisa dikosongin saat berjauhan dengan si bayi?", karena ya nggak memungkinkan juga kan kalau si bayi dibawa sambil bekerja, apalagi kerja kantoran. Jadi, satu-satunya jalan adalah dengan memompa ASI keluar.
Sumber: Pinterest |
Kalau pakai pompa ASI, istilahnya dikenal dengan pumping. Kalau dengan tangan kosong, istilahnya marmet (merah pakai tangan). Ini istilahnya kudapat dari mak marmet @rennatapranata. Hihi. Jadi, ngga ada tuh istilah ngga bisa ngosongin payudara karena alat pompa itu mahal. Jangan lupa, Allah menciptakan tangan untuk kita dengan sejuta fungsinya.
Aku adalah seorang ibu pekerja yang harus berangkat dari rumah jam 6 pagi dan pulang jam 3 sore. Kantorku ada di sekolah. Nah, dalam waktu selama itu saat berjauhan dengan bayi, aku tetep harus pumping dong. Kalau temen-temen pernah baca bahwa pumping itu harus rutin per 2 jam, aku menganut paham pumping per 3 jam. Beda dikit gapapa ya. Prinsipku sih ASIku nggak berlebih nggak apa-apa, yang penting cukup untuk anakku.
Alasan aku pumping per 3 jam karena anakku kan sekarang udah 5 bulan. Jeda waktu dia mau minum itu biasanya hampir per 3 jam sekali, jadi kusamain aja deh polanya. Selama 5 bulan ini aku hampir jarang banget pergi sendiri dengan ninggalin anakku di rumah. Alhamdulillah setelah cuti resmi 3 bulan, masih ketambahan libur Idul Adha dan libur kenaikan kelas hampir 2 bulan, jadi anakku hampir nggak pernah minum ASI dari media yang lain alias selalu direct breastfeeding. Sedikit kekhawatiran dimulai ketika aku meninggalkannya di rumah untuk mulai kerja, anakku belum mau minum banyak. Dalam sehari dia paling mentok mau 70ml doang. Terus, anakku juga cuma mau ASIP fresh yang belum masuk freezer alias emaknya harus kejar tayang tiap hari. Aku kudu bye bye sama stok ASIP di freezer :( Yang penting, stok untuk hari esok harus ready hari ini. Gitu aja. Jadi, buatku, cukup lah dengan pumping per 3 jam selama aku kerja.
Alasan kedua, aku bisa nyempetin pumping cuma pas jam istirahat aja. Nggak mungkin pumping di kelas juga kalau jam ngajar berderet-deret. Cukup di stirahat pertama jam 10, istirahat kedua jam 12. Atau kadang mblandang-mblandang dikit lah yang penting harus ada waktu untuk mompa.
Alasan kedua, aku bisa nyempetin pumping cuma pas jam istirahat aja. Nggak mungkin pumping di kelas juga kalau jam ngajar berderet-deret. Cukup di stirahat pertama jam 10, istirahat kedua jam 12. Atau kadang mblandang-mblandang dikit lah yang penting harus ada waktu untuk mompa.
Nah, agar pumping di tempat kerja tetap terasa nyaman, aku mau berbagi kerempongan share beberapa tips dan barang bawaan aku kalau berangkat kerja. Cekidot~
Bawaan tambahan segambreng. Demi si cinta <3 td="">3> |
1. Tempat
Aku ngajar di 2 sekolah saat ini. Di sekolahku yang pertama, aku pumping di ruang guru. Eh serius buuuuu? Iya bener. Sekolahku nggak ada ruang laktasi, dan menurutku jauh lebih mendingan di ruang guru daripada di kamar mandi. Ye kan?
Soal bapak-bapak guru yang ada di sana, Alhamdulillah mereka sekarang udah biasa sih. Pas awal-awal ya aku juga agak ragu kalau pumping di ruang guru, secara ya itu kegiatan yang hampir belum pernah dilakukan di ruang guru sebelum aku saat ini, terus bapak-bapak suka lewat sambil nanya. Ya aku jelasin aja seperlunya. Menurutku wajar sih ya ibu menyusui lagi pumping tuh. Toh tertutup juga, nggak diumbar-umbar. Dan juga hampir semua bapak guru sudah berkeluarga dan punya anak. Jadi ya biasa aja harusnya~
Di sekolahku yang satu lagi aku dapet amanah untuk jaga lab. Jadi, pumpingnya bener-bener di ruang privat dan berAC. Nyaman banget. Ngga ada komplain lah ini. Prinsipku sih selama tempatnya bersih dan nyaman, nggak ada masalah pumping di situ.
2. Pompa
Untuk pumping, terutama di ruang guru kayak aku gitu, aku nggak rekomen pumping pake pompa manual atau marmet. Mendingan pake pompa elektrik. Tapi kalau ada ruang laktasi khusus, pakai pompa manual atau marmet sekalian malah gapapa. Kan ga bakal ada bapak-bapak yang sliwar sliwir masuk. Kalau milih pompa elektrik, banyak kok pompa elektrik yang harganya terjangkau. Tangan leluasa bisa sambil ngerjain yang lain (kalo aku biasanya sambil makan, haha), dan nggak perlu terlalu terumbar-umbar lah.
Sedikit tips dari aku nih. Pompa ASI itu cocok-cocokan. Sebelum memutuskan untuk membeli pompa ASI, ada baiknya nyoba dulu dengan menyewa selama sebulan. Karena ada lho pompa elektrik yang suaranya kasar, sedotannya sakit, menuh-menuhin tas, berat, dan sebagainya. Termasuk ada juga yang suaranya halus, pemakaiannya gampang, sparepartnya juga gampang dicari, enteng, dan lain-lain. Aku sekarang pakai Spectra 9+, dan Alhamdulillah cocok karena nggak berisik, enteng dan nggak menuh-menuhin tempat. Eits, tapi cocok di aku belum tentu cocok di kalian ya.
3. Apron
Apron penting banget. Kalau nggak bawa, bubar sudah acara mompa ASI, haha. Nggak bisa akutu kalo cuma ditutupin pake kerudung. Tapi jenisnya opsional aja. Intinya yang bisa buat nutupin dada selama pumping. Aku cuma pakai selimut bayi yang ada jepitannya di bagian ujung, jadi bisa ku jepit di belakang leher, sementara bagian depannya terurai sampai bawah perut. Teman sekantorku bahkan hanya pakai jaket, dan aku juga pernah cuma pakai jaket.
4. Wadah ASIP
Fungsinya untuk menampung ASIP yang sudah diperah. Ini bisa berbentuk botol kaca atau plastik ASIP. Biasanya aku pakai plastik ASIP yang ukuran 100ml karena emang hasil pumpingku selalu ngepas aja, ga sampe yang tumpeh-tumpeh, jadi sedikit eman kalau harus beli yang ukuran besar. Awalnya aku menghindari botol kaca, pertama karena aku males cuci sterilnya, kedua karena takut pecah pas dibawa-bawa. Tapiiiiii, dikarenakan anakku hanya mau minum ASIP fresh, dimana ngga sampe masuk freezer, itu kantong ASIP akhirnya cuma kepake sehari terus harus dibuang T.T. Plis lah berapa banyak sampah plastik yang kusebabkan karena itu? Akhirnya sekarang aku ngalahi untuk lebih rajin cuci steril botol kaca. Demi bumi tempat tinggalku satu-satunya ini~
Oiya, kalau tep masih butuh plastik ASIP ini banyak yang jual kok, jadi bukan plastik kiloan biasa buat wadah es dawet gitu yaa. Tersedia berbagai merk dan kapasitas. Tinggal sesuaikan dengan kebutuhan dan ketebalan dompet kalian aja, hehehe.
Oiya, kalau tep masih butuh plastik ASIP ini banyak yang jual kok, jadi bukan plastik kiloan biasa buat wadah es dawet gitu yaa. Tersedia berbagai merk dan kapasitas. Tinggal sesuaikan dengan kebutuhan dan ketebalan dompet kalian aja, hehehe.
5. Makanan dan minuman
Ini penting banget sih buatku, haha. Pumping bikin lapar. Dan waktu yang aku miliki cuma sebentar untuk pumping. Jadi, biasanya aku pumping sambil makan. Jadi, dua kegiatan bisa selesai bersamaan. Anak-anak di kelas menanti beb~
Fungsinya untuk mendinginkan perangkat pompa dan ASI yang udah selesai diperah. Aku biasanya cuma bawa satu ice gel beku dari rumah.
Tips lagi. Pompa ASI nggak perlu cuci setiap kali habis dipakai. Kalau di kantor, biasanya habis selesai dipakai langsung kutaruh plastik dan dimasukkan cooler bag. Kalau di rumah, setelah dipakai langsung masuk plastik atau wadah yg tutupnya rapat, terus masuk chiller. Nyuci perintilannya per 24 jam sekali dan biasanya setelah bangun tidur.
Tips lagi. Pompa ASI nggak perlu cuci setiap kali habis dipakai. Kalau di kantor, biasanya habis selesai dipakai langsung kutaruh plastik dan dimasukkan cooler bag. Kalau di rumah, setelah dipakai langsung masuk plastik atau wadah yg tutupnya rapat, terus masuk chiller. Nyuci perintilannya per 24 jam sekali dan biasanya setelah bangun tidur.
7. Cooler Bag
Fungsinya untuk bawa perangkat pompa (bukan mesin pompanya ya) dan ASIP yang sudah masuk wadah. Dengan dimasukkan ke cooler bag yang masih ada ice gel bekunya, ASIP bisa bertahan sampai 24 jam. Sedangkan di suhu ruang, ASIP hanya bisa bertahan maksimal 4 jam.
Setelah rutin pumping di tempat kerja, Alhamdulillah produksi ASI masih stabil. Bisa mencukupi kebutuhan anakku. Kuncinya hanya satu: JANGAN MALES. Kadang, rasanya kayak, "Ah nanti aja deh pumpingnya..", tapi percayalah kalau rasa malas itu dituruti, dia akan ngelunjak. Haha. Nggak perlu takut untuk pumping sambil bekerja. Bahkan saat acara outing sama temen-temen kantor, aku tetep berusaha pumping walaupun harus curi-curi tempat dan waktu. Asal ada waktu senggang, aku langsung mlipir cari tempat. Bahkan di bis yang berjalan pun pernah! Ya, demi anak tercinta, apa aja rela ku lakukan.
Oiya, untuk panutanku dalam menyusui, aku biasa buka instagramnya @olevelove dan @rennatapranata. Mereka berdua ibu menyusui yang juga bekerja.Kalian bisa buka profilnya kalau butuh insight lebih lengkap dan jelas tentang menyusui.
Tips lainnya bisa diilihat disini:
Tips lainnya bisa diilihat disini:
Sumber: loveliliya.com |
Sumber: notapowercouple.com |
Buat ibu menyusui yang bekerja, tetap semangat ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dari: