23 Agustus 2013

Pilihan dan Kehilangan

Malem ini kepikiran hal absurd.

Seandainya kita dalam sebuah kondisi dimana kita memiliki kedekatan dengan lawan jenis. Kalau hanya satu orang sih bukan masalah besar, tapi ketika jumlahnya tiga dan mereka punya kecenderungan dalam waktu dekat akan mengutarakan perasaannya pada kita. Namun, karena sejak awal, kedekatan yang kita bangun memiliki pondasi persahabatan, kita hanya menganggap kedekatan itu adalah kedekatan yang wajar selayaknya sahabat pada umumnya. Namun, ketika waktu menujukkan kesempatannya, mereka bertiga mengutarakan rasa tertariknya pada kita (nembak), dan saat itu berarti kita dihadapkan pada pilihan-pilihan...

Tapi dari sekian banyak pilihan yang ada, konsekuensi yang akan selalu ada dalam setiap pilihannya adalah, kita akan kehilangan. Entah kehilangan satu, dua atau bahkan ketiganya sekaligus. Ketika kita memutuskan untuk memilih salah satu, maka kita kehilangan dua. Ketika kita memutuskan untuk tidak memilih ketiganya, kemungkinan kita juga akan kehilangan ketiganya. Karena kita tidak mungkin memilih dua atau bahkan ketiganya.

Kenapa harus kehilangan? Ya, sadar atau tidak, kedekatan yang awalnya dikira hanya sebatas persahabatan itu ternyata dilihat dari sudut pandang seorang pencinta oleh para lawan jenis tersebut. Sehingga kedekatan yang timbul setelah perasaan 'ingin memiliki kita' itu muncul, bukan lagi persahabatan murni, tetapi karena ada modus terselubung di dalamnya. Ketika mereka mengetahui bahwa ada tiga orang yang berebut hati yang sama, kemungkinannya bisa jadi salah satu dari mereka menjauhi kita, merasa dirinya kurang pantas bersanding dengan kita, kemudian merelakan kita untuk orang lain dan mengubur dalam-dalam perasaannya pada kita. Atau bisa juga malah mereka bertiga semakin merasa tertantang dan paling ingin menjadi nomor satu dimata kita.

Padahal, hati kita tidak terletak pada mereka bertiga. Hati kita masih tercecer pada guratan perih yang mengembalikan hati kita dalam bentuk yang tidak lagi utuh. Suatu hari kita bercerita pada sahabat, dan dia memberikan pandangan, jika memang kita tetap bertahan pada hati yang entah sisanya berceceran dimana, kemungkinan kita akan kehilangan bukan hanya tiga, tapi sampai lima. Karena belum tentu seseorang yang dinanti lantas akan kembali, bahkan kita bisa juga kehilangan hati kita sendiri. Tetapi sahabat memberikan pandangan lain, kalau sebaiknya tidak usah memilih jika memang tidak merasa mantap. Khawatir suatu hari nanti, kita yang akan menyebabkan salah satu diantara mereka kecewa.

Kemudian, keputusan telah dibuat. Kita tidak memilih ketiganya..

Pada akhirnya, satu persatu pergi. Pergi mencari hati lain yang bisa mereka tempati..

nb. sepanjang perjalanan pulang dari kampus, cuma pemikiran absurd aja sih. bukan kisah nyata. apalagi pengalaman pribadi :)

1 komentar:

Komentar dari: