8 Agustus 2016

(Hampir) Penipuan Berkedok PT. TASPEN


Siang ini telfon rumah simbah berdering, kemudian gue angkat. Orang di telfon nyari simbah, yaudah gue kasihlah telfon itu ke simbah. Tadi itu gue lagi ngelanjutin beres-beres kamar. Gue nggak bermaksud nguping sih, tapi kedengeran kalo simbah dapet telfon dari seseorang yang ngakunya dari PT. TASPEN dan sekilas gue juga denger soal dana deviden gitu.

Setelah dapet telfon itu, simbah diminta telfon orang TASPEN Jogja, katanya namanya Pramono Hadi (kalo nggak salah), nomernya 081288678768. Setelah telfon pak Pramono itu, simbah dioper lagi suruh telfon TASPEN pusat di Jakarta untuk bicara sama Pak Drs. Sugiyantoro (021-3269172 atau 081380664993). Nah pas telfon ke TASPEN pusat ini lamaaaaa banget, gue nggak ngerti bicarain apa aja, yang jelas simbah ditanya punya rekening apa dan dimintalah itu nomer rekening. Simbah gue kemudian nyebutin nomor rekeningnya.

Gue yang sering banget baca berita soal penipuan dari telfon gitu langsung menghentikan aktivitas gue dan langsung searching di google soal penipuan yang berkedok PT. TASPEN. Tara! Ternyata emang ada, persis. Kaitannya tentang dana deviden buat pensiunan PNS yang nominalnya katanya Rp. 50.000.000. Gile aje, penipunya pinter banget cari sasaran para pensiunan yang notabene udah berusia lanjut, jadi mungkin menurut mereka lebih gampang ketipu.

Setelah yang katanya Pak Sugiyantoro itu selesai telfon, gue nyamperin simbah dan mengutarakan kecurigaan gue. Awalnya simbah kayak agak sangsi gitu sama pendapat gue. Tapi terus gue bilang kalau kejadian kayak gini udah sering banget dengan modus yang beda-beda. Simbah kemudian bilang, "Ya wis, bar iki jarene arep telfon meneh kok..". Yaudah gue tungguin deh itu telfonnya, biar pas si penipu itu telfon lagi, gue bisa dengerin percakapannya dia sama simbah.

Nggak sampai 5 menit, si penipu itu telfon lagi. Dia bilangnya kalau untuk validasi dana deviden itu kudu pake dana sharing sebesar 5% dari total dana deviden. Simbah gue udah berusaha mengkonfirmasi langkah-langkah yang harus beliau lewati, tapi selalu dipotong sama si penipu itu. Jadi, pertamanya si penipu bilang kalau simbah harus ke TASPEN Jogja untuk cairin dana, bawa KTP sama buku tabungan apa ya kalau nggak salah. Eeeeh habis itu tiba-tiba dia ngomongin soal dana sharing yang 5%. Si penipu sampe detail banget nyuruh simbah gue, kayak gini:

Simbah: "Jadi setelah ini saya langsung ke Bank BPD?"  (Karena simbah punyanya rekening di BPD, gue gak tau detail awalnya sih tapi tadi sempet bilang kayak gini)
Penipu: "Sebelum bapak ke BPD, Bapak ke BRI dulu pak untuk mengirimkan dana sharing, lalu nanti dananya akan diaudit untuk mencairkan dana deviden…"
Penipu: "Bapak setelah telfonnya ditutup langsung ke Bank BRI di mana saja. Ambil form pembayaran atau transfer, kemudian penerimanya ditulis Hendra Irawan. Nomor rekeningnya BRI 0541 0101 0373 500. Jumlah dananya Rp. 5.000.000 ya pak."

Disitu simbah langsung lihatin gue dan memberikan kode bahwa beliau udah ngeh kalau itu penipuan. Gue ngasih kode biar simbah iya-iya-in aja semua kata-katanya si penipu.

Penipu: "Bapak ada nomor HP?"
Simbah: "Ada…" (Reflek doong ditanya kayak gitu langsung jawab ada. Gue langsung kasih kode buat nggak ngasih nomer hpnya ke si penipu itu)
Penipu: "Boleh minta nomernya, Pak?"
Simbah: "Eee, nganu Hpnya dibawa cucu saya…"
Penipu: "Baik Bapak, berarti nanti setelah Bapak ke Bank BRI, bapak pulang dulu lalu hubungi Pak Pramono untuk konfirmasi"

Kemudian gue ngeliatin simbah wajahnya udah nggak tertarik gitu sama pembicarannya. Habis itu sebelum si penipu selesai ngomong, langsung ditutup sama simbah telfonnya. Buat lebih meyakinkan simbah, gue langsung kontak PT. TASPEN Jogja (0274) 565124, 565585, 548153 atau 548154. Operatornya langsung konfirmasi kalau PT. TASPEN nggak ada bagi-bagi dana deviden yang yang telfon simbah tadi itu memang penipuan. Clear sudah.

Sorenya, si penipu telfon lagi. Gue rasa sih mau nanyain kenapa 5 jutanya nggak masuk-masuk ke rekening dia. Pertama yang angkat simbah putri yang juga udah tau soal kejadian ini. Pas ngangkat, simbah putri langsung bilang "Salah sambung!" terus ditutup telfonnya. Sejam kemudian telfon lagi tu penipu, kali ini yang ngangkat simbah kakung. Yang gue denger dari kamar, simbah bilang gini, "Oh nggak ada, lagi nganter anaknya ke Solo!" kemudian ditutuplah telfonnya.

Menurut gue, si penipu ini cukup cerdas cari calon korbannya. Bayangin deh orang-orang yang udah pensiun kan sebagian besar udah berusia lanjut, tingkat ke-awas-an nya mulai berkurang, ditambah mungkin juga jarang baca soal modus-modus penipuan, jadinya ya kayaknya si penipu berharapnya calon korban ini gampang dikibulin. Terlebih dengan nominal yang cukup besar. Si penipu ini pakai banyak istilah yang mungkin kebanyakan orang tua nggak ngerti.  Audit lah, validasi dana lah.. Ini gue udah dapet nomor rekeningnya plus nomor Hpnya, dan mungkin setelah ini akan gue report ke pihak berwajib untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Ada hal yang bisa dijadiin pelajaran buat kasus ini, terlebih untuk menghindari penipuan. Pertama, stay focus. Jangan sampai kebawa arus kalimat si penipu. Kalau si penipu telfonnya ke HP, bisa-bisa langsung disuruh ke ATM dan dibimbing untuk (secara nggak sadar karena nggak ngerti) transfer ke rekening penipunya. Kedua, kalau udah mulai denger kalimat atau perintah yang kerasa aneh atau nggak wajar, langsung matiin aja telfonnya. Misalnya kayak disuruh transfer. Tapi biasanya si penipu nggak langsung bilang suruh transfer, tapi pakai pilihan kalimat lain kayak "biaya administrasi" gitu. Ketiga, konfirmasilah ke pihak yang bersangkutan. Kalau si penipu mengatasnamakan perusahaan tertentu, cari kontak resminya dan tanyain aja langsung ke Csnya.

"Taspen tidak pernah membagikan dividen dan  telah memberikan informasi  melalui berbagai media baik elektronik maupun cetak. Jika ada masyarakat masih  ragu  agar segera menghubungi Taspen terdekat,"- Sekretaris Perusahaan, Sudyatmoko Sentot Sudiro (link berita)

2 komentar:

  1. salah satu ciri penipuan: terlalu baik untuk jadi kenyataan. *apasih, ya gitu deh

    BalasHapus

Komentar dari: