4 Juli 2014

Berkicau tentang Waktu

Yang namanya waktu kadang-kadang emang jahat. Ia mencipta pertemuan dengan bayang-bayang perpisahan yang menghantui di belakangnya. Kemudian ketika ia berkolaborasi dengan jarak.... Tar!!! Sungguh sukses ia mengikis ingatan. Seharusnya, kita telah terbiasa dengan perpisahan bukan? SD, SMP, SMA, dimanapun.. Orang-orang datang dan pergi, muncul dan hilang. Kemudian berganti dengan orang-orang yang datang untuk kembali pergi.

Gue cuma merindu. Ada satu waktu dimana ketika gue sedang sendiri, gue belajar menyelami diri gue sendiri. Ternyata gue udah 'segede' ini. Udah 21 tahun tinggal di dunia dan masih aja nyusahin orang tua. Gue juga udah ngelewatin enam semester di kampus sama temen-temen gue. Begitu banyak cerita yang sudah gue alami. Yang membentuk gue jadi kayak gini. Yang saat ini bisa bikin gue bilang, "Perasaan baru kemaren gue ospek...". 

Semuanya tiba-tiba kerasa sebentar.

Gue baru sebentar temenan sama anak-anak kelas F. Semester satu, kenalan. Masih SMA banget. Gue masih belum biasa ngomong aku-kamu ke semua orang, apalagi cowok. Karena kultur gue di Bogor itu biasanya ngomong gue-elu ke temen-temen. Ngomong aku-kamu itu cuma buat mereka yang pacaran. Gue meraba-raba bagaimana sifat dan karakter orang-orang baru yang gue temui. Mereka yang punya banyak latar belakang berbeda daripada gue, mereka yang ramah-ramah. Bahkan saking ramahnya, jaman semester satu itu gue sempet bingung mengartikan beberapa sikap dari orang-orang yang baru gue kenal. Belakangan diketahui beberapa dari mereka ada yang memang benar-benar ramah, tapi ada juga yang cuma modus. Gue bahkan heran kenapa dulu nomer handphone gue bisa kesebar di jajaran anak-anak mesin -_-  Nilai kuliah masih aman, walaupun sempet ngiri sama temen yang IPKnya nyaris sempurna. Berangkat kuliah satu jam sebelum jam masuk, alhasil sampai di kampus paling awal.

Semester dua gue mulai ngeh gimana gue harus menyikapi diri gue sendiri. Semester ini udah mulai ada beberapa temen yang cukup deket. Ada yang ndeketin juga. Sumpah ya, gue ngerasa aneh karena disini gue 'dilirik'. Di Bogor, gue termasuk cewek-cewek yang boro-boro dilihat, dilirikpun enggak. Semester ini ada banyak cerita soal perasaan. Yaelah entar juga lebih banyak di semester selanjutnya. Semseter genap tuh nilai gue mulai berwarna-warni. Tapi masih dalam tahap aman alias nggak perlu ada yang mesti 'diselami lebih dalam'.

Semester tiga adalah zaman dimana gue mulai menjajaki dunia organisasi. Mencoba belajar untuk nyicipin rapat, kerjasama sama orang lain. Sampai ada cerita cinta yang kayaknya sih cuma cinlok-tapi-sampe-jadian gitu sama seseorang. Zaman semester tiga itu sibuk jadi panitia. Yang ini lah, yang itu lah. Satu kepanitiaan yang sampai berbulan-bulan kerjanya. Bikin capek, tapi waktu itu tetep semangat. Karena semangat itu, nilai gue semester tiga sukses banget.

Semester empat. Ah, suram banget kalau inget ini. Pokoknya ini adalah masa kegelapan dalam kuliah gue. Males kuliah, males ngerjain tugas. Sakit-sakitan. Beuh, efeknya adalah nilai terjun bebas -_- Gara-garanya adalah, ya begitu deh gue males nyeritain. Intinya gue dikasih pelajaran berharga banget dalam hidup gue. Sebagai obat dan pelecut semangat, gue diajakin ikut berbagai macam lomba. Ini adalah masa dimana gue jalan-jalan mulu. Yang ke Jakarta lah, ke Semarang lah. Lomba robot lah, jadi supporter, lomba bikin aplikasi. Ikut himpunan juga. Ngerjain berbagai macam proker. Pokoknya sibuk biyanget. Sempet naik gunung juga buat pelarian. Kepengen sibuk, langsung sama Allah dikasih sibuk. Sampai akhirnya semua 'kemalasan dan kesakitan' itu gue paksa untuk sembuh demi ibu tersayang. 

Semester lima adalah saatnya gue kembali menjadi diri gue sendiri. Semua gue coba perbaiki. Termasuk hubungan gue dengan teman-teman karena mereka udah sangat baik dengan selalu ada buat gue, kapanpun. Gue udah bisa ketawa lagi. Gue seneng banget semester lima karena gue mulai merasakan pertemanan di kelas udah nggak ada gap nya lagi. Semuanya berbaur di kelas. Sebenernya itu juga efek dari mata kuliah teori yang lebih banyak daripada praktik, jadinya di kelas teorinya lebih sering. Nilai merambat naik, perlahan tetapi pasti seiring dengan bangkitnya gue kembali. Haha. Banyak hal yang membuat gue sadar bahwa gue sudah seharusnya bersyukur untuk semua hal yang pernah terjadi pada gue di masa lalu. Lebay sih, tapi begitulah kenyataannya.

Semester enam semuanya jadi kerasa lebih serius, terutama di mata kuliahnya. Proyek mandiri yang dijatah satu semester tapi gue yakin baru pada ngerjain mepet-mepet deadline. Mikroteaching yang bermodus jalan-jalan. Tapi, bukan temen-temen gue namanya kalau nggak bisa bikin suasana seserius apapun tetep bisa dibercandain. Beda banget sama pas gue masih semester satu, sekarang bahasa jawa gue udah jauh lebih nggak wagu. Gue udah hafal banyak tempat di Jogja karena keseringan main. Gue hafal hampir semua temen-temen gue itu kayak gimana. Misalnya, disma yang seneng hello kitty, hilma yang seneng panda. Yang pasti, hampir semuanya seneng makan. Gue seneng banget bisa lebih dekat sama temen-temen belakangan ini. Seolah menyadari bahwa sesaat lagi waktu akan menyeret kita untuk berjalan sendiri-sendiri, menuju pilihan hidup kita masing-masing. Terbukti dengan KKN PPL yang membuat kita terpisah sementara.

Sebentar kan?

Sedih sih.. Banget. Ketika dulu setiap hari ketemu, terus nggak ketemu dalam waktu yang lumayan lama. Sebenernya pas Praktik Industri setahun lalu juga begini keadaannya. Tapi pisah kali ini semacam beda rasa. Pada akhirnya, gue cuma bisa mengenang apa yang telah terjadi selama ini. Terima kasih kalian sudah memberikan gue kenangan manis berisi pelajaran berharga. Yang baik, yang buruk, yang seneng, yang sedih, yang haru, yang kecewa, yang bangga.

Apa yang gue tuliskan diatas memang nggak semuanya dari apa yang masih gue ingat dari semester awal gue kuliah. Beberapa ada yang akan selalu gue ingat walaupun gue nggak tulis. Gimana ya, mungkin karena terlalu meaningful. Atau mungkin karena gue terlalu ingin waktu menghapuskan ingatan itu, jadinya malah terus-terusan inget.

Udah dua mingguan gue nggak ketemu temen-temen di kelas teori. Gue cuma bisa menemui mereka di grup whatsapp, facebook, twitter atau berbagai sosial media yang lain. Gue tau dari 'dimana mereka check in di path atau foursquare', gue tau dari 'gambar yang mereka upload di instagram', gue tau dari 'kicauan yang mereka tulis di twitter'. Atau ketika saling berbagi cerita di whatsapp ketika berbagi 'apa saja yang dilakukan selama KKN'.

Tapi itu semua tidak akan pernah abadi juga kawan. Akan ada masa dimana grup whatsapp akan penuh sarang laba-laba karena sudah jarang yang posting disana. Dan kita tinggal menunggu waktu membuktikan itu semua. Disini, waktu kelihatan bener-bener jahat kan?

Hingga akhirnya yang tersisa hanya ingatan dan kenangan yang pernah kita ciptakan. Hanya bisa kita simpan sendiri tanpa bisa dibagi lagi dengan yang lain karena sudah sibuk sendiri. Yang tersisa hanya kerinduan untuk bertemu lagi, mengulang lagi.. Tapi, aku punya satu quote yang cukup bagus untuk diresapi.

dari: tumblr ini

Sebenernya gue cuma berkicau tentang apa yang sedikit mengganjal. Berputar-putar di kepala tapi entah kenapa rasanya sulit sekali diuraikan. Daripada kemudian menghilang dan tak ada sisa, makanya gue menuliskan ini. Gue nggak berharap orang-orang akan mengerti apa maksudnya, gue cuma pengen menerjemahkan apa yang gue pikirkan kedalam sebuah tulisan. Ya, belakangan sudah mulai jarang menulis. Gue harus banyak belajar lagi :)

*sedang merindukan suasana kelas F PTI 2011

1 komentar:

Komentar dari: