Microteaching atau pembelajaran mikro adalah salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa S1 kependidikan di UNY sebagai syarat untuk dapat mengikuti PPL (Praktik Pengalaman Lapangan). Kelas microteaching biasanya terdiri dari 10 sampai 12 orang mahasiswa. Kegiatan selama mata kuliah microteaching adalah bagaimana belajar menjadi seorang guru, mulai dari berlatih berbagai macam keterampilan dalam pembelajaran sampai dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Mata kuliah microteaching memiliki kelas tersendiri yang memang dikhususkan untuk menunjang mata kuliah tersebut. Untuk semester ini, kelas F2 mendapat mata kuliah tersebut pada hari kamis. Namun, sayangnya pada bulan Mei ini terdapat tiga kali tanggal merah pada hari kamis sehingga sudah dapat dipastikan tidak ada pembelajaran mikro sebanyak tiga kali di ruang kelas seperti biasanya. Padahal, untuk memenuhi persyaratan pada mata kuliah microteaching, setiap mahasiswa harus memperagakan microteaching sebanyak enam kali dalam satu semester.
Deuh pengantarnya berat banget :3
Habis ini dibikin ringan deh..
Berangkat dari latar belakang tersebut, Kamis kemarin (1/5) kelas F2 Pendidikan Teknik Informatika UNY 2011 diajak sama Pak Totok yang merupakan Dosen Pembimbing Akademik kelas F sekaligus Dosen Microteaching kelas F2 untuk mengadakan kegiatan outdoor microteaching di Pantai Nguyahan, Gunung Kidul, Yogyakarta. Kami yang memang mahasiswa seneng dolan ini ya seneng banget diajakin kegiatan di luar. Berhubung waktu untuk bersama (tsaah..) tinggal sebentar lagi, dan mumpung ini bisa dijadikan ajang pergi sekelas yang niatnya bukan Cuma buat main-main doang. Tadinya, ada rencana biar sekalian nginep di rumah Adit, tapi saya sendiri agak nggak setuju. Bukan apa-apa, ada agenda lain yang mesti dikerjakan hari Jum'atnya.
Skip planning.
Keputusan finalnya adalah outdoor microteaching hanya akan berlangsung selama sehari penuh dan tanpa acara nginep.
Kamis pagi janjian di rumah Rifa jam 06.00. Tapi ternyata baru bisa berangkat jam tujuh lewat beberapa menit dengan formasi Saya-Nika, Guruh-Disma, Rifa-Akhi, Selfi-Rahma, Andry-Hanan, Romafit-Novita menembus jalan Wonosari buat jemput Yos yang nungguin di Pathuk. Sebenernya kepengen sih berani buat ngendarain motor sendiri ke Gunung Kidul. Tapi berdasarkan pengalaman yang udah udah, saya agak trauma sama jalanan di Gunung Kidul yang dihiasi dengan tanjakan dan belokan yang ternyata kurang bersahabat dengan kepala saya. Terakhir ngebela-belain berani sampai Nglanggeran, habis itu kepalanya pusing -_- Emang dasarnya #mbakatNebeng sih. Padahal Nika badannya kecil gitu, tapi dia setrong banget loh. Nika keren beud #semuaOrangHarusTau
Ini dia squad F2 yang ikut :
Entah kenapa pas bagian mau masukin fotonya Rifa, gambarnya blank semua :o
|
Waktu itu posisinya saya pake rok. Biar anggun dan bener-bener "nyewek". Tapi berhubung Cuma nebeng, jadilah saya duduknya melangkah gitu. Motornya Nika kan Mio, terus pijakan kakinya agak tinggi gitu ya. Alhasil kaki saya naik gitu, dan itu rasanya puegel pol. Pas udah mau sampai di Nguyahan, baru deh saya ngeh kalau di motornya Nika ada pijakan yang lebih rendah. Akhirnya kaki saya bisa berpijak dengan lebih manusiawi :3
Sebelum itu, ada kejadian yang bikin Yos sebagai anak Gunung Kidul diragukan keGunung Kidulan-nya. Gimana enggak, kita tinggal beberapa belas kilometer lagi sampai di Pantai Nguyahan, tapi Yos membelokkan rombongan ke arah Panggang. Saya, Nika, Roma dan Novita yang posisinya paling belakang bingung dan nggak ngelanjutin buat ngikutin Yos. Kita berhenti dan tanya sama penduduk disana. Saya kemudian inisiatif telfon Akhi, ya keleus mereka kesasar atau malah udah nyampe di tempatnya.
"Khi, kamu dimana?"
"Nggak tau. Ini ngikutin Yos.. Kamu dimana?"
"Aku di tempat pertigaan tadi.. Kamu mau lewat mana?"
"Kata Yos, kalau lewat sini lebih cepet. Kalau lewat jalan yang itu, nanti ngalang.."
"Emang Yos udah pernah lewat sana?"
"Bentar ya.. Tak tanyain dulu.."
#duhDek,
Nggak lama kemudian,
"Han, kita balik lagi kesana…"
Tuhkan, lumayan kan.. Bensinnya. Hehe. Akhirnya kita lewat jalur yang biasanya dan beberapa belas menit kemudian, kita sampai di Pantai Nguyahan. Dan ternyataaaa, ombaknyaa..
Gede banget dan bikin ngeri.
Sambil menyusuri pantai, kita mencari keberadaan Pak Totok. Tapi hasilnya nihil, alias Pak Totok kayaknya belum dateng. Alhasil kita duduk-duduk di tepi saung sambil narsis-narsisan. Guruh mulai mengeluarkan bakat narsis dan selfienya. Nggak tanggung-tanggung, tak ada tongsis tripodpun jadi. Walaupun setelan kita hari itu bener-bener udah ready for microteaching banget dan nggak ada unsur pikniknya sama sekali, kita mah santai aja.
Nggak beberapa lama, rombongan kedua yang terdiri dari Annis, Adit sama Arend datang. Tebak dong apa yang mereka bawa.. Tak disangka,mereka bawa layangan loh gaes. Ketara banget Adit butuh banget piknik, soalnya dia yang paling semangat buat nerbangin layang-layangnya. Sayangnya, kita semua terlalu heboh ngeliatin Adit main layangan, sampai-sampai nggak ada yang mendokumentasikan salah satu hal yang jarang banget dilihat dari seorang Adit. Tapi, permainan Adit nggak berlangsung lama soalnya pas layangannya udah terbang, tiba-tiba layangannya jatuh ke laut #pukpukAdit
Hasil mainan air |
Sekitar jam setengah 10, Pak Totok dateng sama dua anaknya. Begitu beliau dateng, langsung macak piknik dan nyebur ke laut. Awalnya kita Cuma ngeliatin Pak Totok sambil heboh sendiri. Lama-lama, Guruh diceburin. Lebih lama lagi, semua makin anarkis dengan nyeburin yang masih kering satu persatu. Saya udah berprinsip untuk nggak mau nyebur soalnya saya nggak bawa baju ganti. Belajar lagi dari yang udah-udah, waktu itu saya nekat diceburin di Goa Pindul padahal nggak bawa baju ganti. Hasilnya, besoknya saya demam -_-
Temen-temen kelihatan menikmati banget acara cebur-ceburannya, padahal nggak semua yang ikut nyebur itu bawa salin. Misalnya, Guruh, Nika sama Rahma. Tapi mereka tetep kena diceburin. Kalau kata Pak Totok sih, sayang udah ke pantai tapi nggak basah. Saya juga nggak lepas dari sasaran cebur-ceburan mereka padahal saya nggak ikutan nyeburin siapapun. Begitu Rifa sama Guruh datengin saya, saya udah megangin tangan Selfi soalnya dia juga bilang kalau dia nggak mau nyebur. Ternyata mereka juga anarkis gaes. Tangan saya dipegangin Rifa sama entah siapa lagi, kaki saya dipegangin Guruh sama entah siapa lagi (kayaknya Adit juga). Tapi posisi saya udah kekunci di tangannya Selfi. Semakin kenceng mereka narik, semakin kenceng saya pegangan di tangannya Selfi.
Awalnya saya udah bilang nggak mau diceburin, tapi mereka tetep keukeuh. Oke, insting perlawanan mulai aktif dan saya udah nggak tau siapa aja yang megangin saya. Selama masih terjangkau oleh mulut, tangan siapapun saya gigit. Dan selama masih terjangkau sama kaki, siapapun saya tendang. Jahat ya? Tapi ya mau gimana lagi. Hehe. Saya juga pengen seneng-seneng, tapi bukan dengan cara seperti itu. Saya berusaha meminimalisir resiko sakit. Hehe. Akhirnya, saya dilepasin dan mereka cari sasaran lain. Rahma sama Selfi juga ditarik dan mereka akhirnya basah. Yang waktu itu nggak basah kuyup kena air laut Cuma saya sama Annis, soalnya Annis baru sakit.
Jam setengah 12 semuanya naik. Pak Totok minta kita semua untuk mandi dan persiapan microteaching. Tapi karena kita berbanyak dan waktu buat mandi dan bersih-bersih ala cewek nggak cukup sebentar, jadilah semua siap untuk microteaching jam 1 siang. Selama menunggu, kita disuguhi Susu Kedelai dan Kripik Pisang dari Pak Totok. Pak Totok juga banyak cerita soal Gunung Kidul. Dari ceritanya, sudah bisa ditebak kalau Pak Totok dulunya juga seneng piknik karena beliau tau perubahan-perubahan di pantai Nguyahan dari jaman dulu sampai sekarang. Apalagi kalau ceritanya sama Adit juga, udah deh itu nggak ada habisnya.
Pas kita semua udah siap microteaching, kita pindah pantai. Yang jadi penunjuk arah kayaknya Adit deh, lupa juga soalnya waktu itu saya ada di bagian belakang. Perjalanannya nggak jauh kok. Lewat ladang gitu. Tapi berhubung itu tengah hari, jadinya panas to the max. Pemandangannya masih hijau dengan berbagai macam pepohonan yang ditanam di ladang. Ini asik banget men. Di Fakultas Teknik, jarang-jarang nemu tempat kayak gini. Karena itu, kita semua selalu ingin mengabadikan setiap momen. Disinilah peran Yos selaku fotografer jadi paling penting (alias jadi sering dipanggil dan terdengar kalimat seperti ini 'Yos, fotokke dong..'). Hehe.
Setelah lewat lebatnya pohon pandan dan turunan yang cukup terjal, sampailah kita di sebuah pantai kecil yang teduh. Sepi dan cocok banget untuk microteaching. Waktu itu jumlah mahasiswanya ada 16. Untuk menghemat waktu, kami dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari lima orang. Satu orang sisanya bertugas sebagai videografer atau fotografer. Awalnya saya jadi murid, tapi setelah itu saya tukeran sama Yos soalnya dia mau maju mikro. Berbekal kameranya Rifa, saya kelilingin semua kelompok.
Di kelompok 2 ada Adit, Disma, Rahma, Guruh sama Andry. Saya kesana waktu Rahma maju. Walaupun di alam terbuka, menurut saya persiapan Rahma mateng banget. Terbukti dia bikin media pembelajaran yang sesuai sama kondisi di lapangan. Dan lagi, penugasannya juga nggak monoton.
Di kelompok 1 ada Hanan, Novita, Romafit, Nika sama Akhi. Waktu itu yang maju adalah Nika. Dia menyampaikan materi tentang teknik pengambilan gambar (kalau nggak salah). Nika juga niat banget gaes. Dia bikin media pembelajarannya mewah banget. Pokoknya Nika wow bingit.
Di kelompok 3 ada Yos, Annis, Selfi, Arend sama Rifa. Disini paling berisik. Yang majunya cukup niat adalah Yos, soalnya dia bawa motherbboard secara fisik sebagai media pembelajarannya.
ini gurunya |
ini muridnya |
Selesai microteaching, kita foto-foto. Udah lah ini nggak bisa dideskripsikan. Lihat dari fotonya aja :3
Hari menjelang sore dan kita udah cukup capek buat lebih heboh lagi. Kita balik ke tempat parkir. Pak Totok pamit pulang. Andry sama Hanan juga pamit soalnya ada kerjaan yang harus dikerjain sama Andry. Yang masih tersisa di sana kemudian ke pantai yang ada pura nya itu loh. Namanya Ngrenehan bukan sih? Pura itu letaknya ada di atas laut, bagus dan puas kalau mau ngelihat laut sejauh mata memandang. Atau mau menggalau di pinggir pura. Tapi jangan kelamaan ada disana, bisa masuk angin. Kayaknya sih ini baru di rehab gitu bangunannya, soalnya masih baru.
Jam 4 kita pulang. Saya mencoba untuk gantian boncengin Nika, tapi sepertinya Nika cukup khawatir dengan saya. Alhasil Nika mengambil alih kemudi pas nungguin Selfi yang lagi isi bensin. Oiya, habis itu kita mampir makan bakso di Paliyan. Perut udah laper banget karena seharian belum diisi makanan berat.
Pas lanjut perjalanan pulang, ternyata kita terjebak nostalgia #halah, bukan ding, kita terjebak hujan deres di daerah Wanagama agak kesana dikit. Sebelum deres, hujannya Cuma cimit-cimit gitu. Saya sama Nika Cuma macak mantolan pakai bajunya doang karena kita lihat kendaraan dari arah berlawanan nggak banyak yang pake mantol. Tapi gaes, ternyata hujannya tambah deres. Terus kita berteduh buat pakai bawahannya meskipun nggak match gara-gara saya pakai celanannya Nika dan Nika pakai rok jas hujan saya. Agak ngeri sih jalan pas hujan deres gitu, jadi saya request sama Nika biar nggak usah ngebut bawa motornya.
Sampai di Rumah Rifa lagi jam 6 lebih beberapa belas menit. Sholat. Lihat foto dan capcus ke tempat lain karena ada urusan lain~
Overall, aktivitas yang sungguh menyenangkan. Mau berucap terima kasih banyak buat Pak Totok yang udah ngajak kita jalan-jalan. Seneng juga bisa seharian ber enam belas sama temen-temen F2. Barangkali ini aktivitas mikro diluar pertama dan terakhir buat saya, soalnya pas mikro di luar yang kedua nanti, saya nggak bisa ikut karena masih di Bogor. Terima kasih ya temen-temen buat enam semesternya. Semoga saya nggak kalian anggap sebagai salah satu teman yang cukup menyebalkan walaupun saya suka lebay. Saya sayang kalian semua. Emuuuuah :*
Postingan Rifa tentang kegiatan ini bisa dibaca di sini
fotoku manyun peh... "3
BalasHapus