14 Agustus 2013

Menuruti Keinginan


Seumur hidup, kita akan selalu punya keinginan. Ya karena kita hidup karena keinginan-keinginan itu, karena adanya keinginan, kita jadi mau bergerak. Karena adanya keinginan, kita punya motivasi. Semasa kecil misalnya, kita ingin sekali meminta dibelikan mainan kepada Ayah. Tapi ketika itu, Ayah tidak membelikannya karena kita masih punya banyak mainan bagus yang belum terpakai dirumah. Ketika itu, kita diajarkan bahwa tidak semua hal yang kita inginkan, bisa dipenuhi. Kemudian kita berhenti merengek. Di lain waktu, semasa SD, guru kita bertanya apa cita-cita kita. Kemudian diantara kita mengacungkan tangan sambil dengan bangga menyebutkan "Dokter", "Pilot", "Guru", " Pemain sepak bola" bahkan ada yang ingin jadi "Artis". Kemudian, di akhir pelajaran, guru akan menyampaikan agar kita terus mengejar cita-cita kita apapun yang terjadi.

Menjelang dewasa, keinginan itu tetap ada. Tapi isi keinginannya berubah. Bukan lagi minta dibelikan mainan, bisa saja keinginan itu sudah lebih condong kearah ingin punya pacar si A, misalnya. Tapi sayangnya si A ini nggak punya perasaan yang sama, kemudian pada akhirnya kita patah hati. Kemudian kita berhenti berusaha, bukan karena lelah tapi lebih ke arah menyadari bahwa ada hal yang tidak bisa dipaksa. Lain hal nya jika keinginan kita berupa keinginan untuk berprestasi, keinginan untuk bisa menjadi salah satu peserta student exchange ke negara tetangga, tentu saja sesulit apapun pasti akan ada orang yang mendukung kita agar kita bisa sampai pada keinginan itu.

Sebenarnya, keinginan merupakan bagian dari cita-cita, atau cita-cita merupakan bagian dari keinginan?

Menurut saya sih yang kedua. Cita-cita merupakan bagian dari keinginan. Kemudian, keinginan yang seperti apa sih yang pantas kita usahakan sampai titik darah penghabisan? Banyak quotes yang lalu lalang di depan mata saya. Ada yang bilang,

"Selama kamu yakin dengan apa yang kamu inginkan, kejarlah sampai dapat. Jangan menyerah"

Ada juga yang bilang,

"Tidak semua hal di dunia ini bisa kamu paksakan. Bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Tuhan"

Kok semacam kontradiktif ya?

Saya pernah nanya ke salah seorang teman, detailnya lupa. Yang jelas ketika itu saya menanyakan bagaimana kalau keinginan kita berwujud manusia. Beliau jawab kalau yang itu kita cuma bisa berdo'a aja. Yah, setuju sih, berdo'a, minta sama Yang Punya. 

Pertanyaannya,
Kapan kita menyadari keinginan kita pantas diperjuangkan dan pantas dilepaskan? Semakin dewasa, keinginan kita semakin rumit. Ketika ditanya cita-cita, jawabannya pun sudah tidak sesederhana "Dokter", "Guru" dan lainnya. Keinginan orang dewasa menjadi lebih rumit, kecuali untuk orang-orang yang selalu menganggap hidupnya lempeng-lempeng aja. Ya memang, untuk apa sih hidup ini dibuat sulit? Wong hidup cuma sekali...

Tapi emangnya nggak pernah ya kepikiran sampe ke hal ini? Apa selama ini cuma melewatkan hidup dengan was wes, sampe tau-tau bisa bilang "Woh aku ki wis 20 taun tho? Ra kroso" Oh men, kemana aja? ._____.

Wah nglantur saya,

Oke balik lagi. Mungkin dengan semakin bertambahnya usia, sikap yang bisa kita ambil untuk keinginan-keinginan kita bisa kita pilih sendiri. Selama keinginan itu baik dan benar, serta tidak merugikan orang lain, kejarlah sampai dapat. Tapi ketika keinginan itu kurang baik dan kurang benar, serta bisa menimbulkan efek negatif buat orang lain, pikirkan ulang jika ingin diperjuangkan.

Contoh simpel nya sih misalnya kalau kita udah punya pacar, tapi kita suka sama seseorang. Terus kok kayaknya orang itu juga ngasih sinyal bagus. Sementara, gara-gara kita ketauan suka sama orang lain itu, hubungan sama pacar jadi agak renggang. Nah, bingung kan mau ambil sikap gimana. Sementara seseorang itu juga kok kayaknya suka juga sama kita. Nggak usah munafik, kita pasti punya keinginan buat mutusin pacar kita, dan punya keinginan untuk jadian sama seseorang yang kita suka kan?

Nah, kalau kalian ada di 'keinginan-keinginan' semacam itu, kalian akan bersikap gimana? :)

#bukanCurhatLoh ._.
*capek gue dikira curhat mulu*

Updated :
Jebul aku pernah nulis ini :)


3 komentar:

  1. Keinginan berwujud manusia? arep dapakke peh? hahaha
    di Islam itu gak boleh berdoa minta jodoh orang tertentu.

    BalasHapus
  2. wkwk,
    yo kan nggak mesti soal jodoh zaaa~

    BalasHapus
  3. njuk endinge surhat, tak kiro meh mbahas cita2 tenanan

    BalasHapus

Komentar dari: