15 Juni 2013

Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk

Dua novel fiksi karangan Tere Liye ini punya cerita yang menggelitik buat saya. Bagaimana tidak, saya kagum sama pemikirannya Tere Liye tentang sebuah negeri yang bisa dibilang minim orang-orang yang peduli, penuh dengan pengkhianatan, penuh dengan kelicikan tapi saya merasa tidak asing dengen negeri tersebut.

Adalah Thomas, seorang konsultan ekonomi yang sangat cerdas. Di Negeri Para Bedebah, dikisahkan tentang penyelamatan Bank Semesta, bank milik keluarganya. Menyelamatkan dari apa? Dari tangan orang-orang kejam yang hendak menggulingkan bank tersebut dengan cara apapun. Bahkan cara paling licik sekalipun. Tapi berkat Tuhan yang menganugerahkan berbagai macam kelebihan pada Thomas, lewat kecerdikannya, setiap ide gila dan nekat tapi penuh perhitungan itulah, Thomas dibantu Opa dan beberapa rekannya yang setia, berhasil melenyapkan musuh-musuh mereka.

Dan di sequelnya, yaitu Negeri Diujung Tanduk, lagi-lagi Thomas menjadi otak dari semua strategi. Kali ini, ceritanya tentang pembongkaran mafia hukum yang selama 20 tahun meracuni hukum-hukum di negeri tersebut sehingga segala fakta bisa diputarbalikkan. Thomas dan rekan-rekannya berhasil membongkar sisi gelap dunia hukum dan mencari dalang utama dibalik segala kasus hukum yang entah bagaimana ceritanya, selama 20 tahun terakhir seolah tidak pernah selesai. Bukan hanya tentang negerinya, tapi juga tentang keluarganya.

Apa sih yang menarik dari kedua novel ini?

Banyak sekali ternyata. Saya sungguh kagum dengan cara berfikir Thomas yang cepat, tepat, nekat, tapi penuh perhitungan. Di dalam kedua novel ini, hampir sebagian besar Thomas mendapatkan pertolongan dari orang-orang yang pernah ia tolong sebelumnya. Disini, berarti pada masa lalu, Thomas pernah menginvestasikan kebaikan yang pada akhirnya bisa membantunya bahkan disaat yang tidak pernah ia duga. Bukan, bukan perkara Thomas pamrih melakukan kebaikannya, tapi rasa hutang budi dari orang yang pernah Thomas dan keluarganya tolong lah yang menjadikan mereka berkeinginan untuk membantu Thomas.

Yang kedua, kepercayaan. Banyak hal yang bisa diambil dari novel ini tentang kepercayaan kepada orang lain. Salah satunya dari staf Thomas di kantor, Maggie yang selalu dipercaya Thomas untuk mempersiapkan segala kebutuhan yang Thomas instruksikan bahkan walaupun itu adalah hal yang sungguh rumit. Dan Maggie tidak akan mengecewakan bosnya itu, dia dengan penuh rasa tanggung jawab mengerjakan perintah atasannya dan memastikan bahwa semuanya telah berjalan sesuai dengan apa yang Thomas minta.

Selanjutnya adalah tentang, emm, apa ya.. Dendam mungkin. Dendam masa lalu Thomas yang orang tuanya meninggal terbakar bersama dengan rumahnya karena dibakar oleh para penjahat yang ingin menguasai usaha milik keluarganya, menjadikan Thomas memiliki tekad untuk bisa membalaskan dendam. Tapi dalam perjalanannya menuju kedewasaan, Thomas justru mendapatkan banyak pelajaran hidup yang akhirnya membuat dia menjadi lebih bijak, walaupun tidak sepenuhnya dendam itu bisa terhapus.

Yang keempat, jika kita sudah menentukan pilihan untuk menuju ke sebuah arah, apapun yang ada di hadapan kita, jangan pernah mundur. Hadapi. Hadapi demi kehormatan diri kita sendiri, hadapi demi motivasi terbesar kita. Itulah petarung sejati.

Lalu ada juga tentang pengkhianatan. Orang yang paling dekat dengan kita, jika dia mendekati kita demi sebuah kepentingan, ketika kepentingannya sudah terpenuhi maka bisa saja kita dilibas habis olehnya.

Di novel ini, duh, saya kagum sekali dengan janji janji yang selalu terbayar lunas. Tokoh-tokoh baik yang ada disini adalah orang dengan dedikasi yang tinggi. Dengan kehormatan yang tinggi, karena mereka petarung sejati, dan petarung sejati tidak pernah ingkar janji.

Dalam kedua novel ini, saya juga seperti diingatkan kembali untuk peduli. Minimal penudi terhadap diri kita sendiri, lalu orang-orang disekitar kita, baru peduli dengan tingkatan yang lebih besar lagi. Mengapa kepedulian itu penting? Karena dengan kepedulian, kita menjadi sadar dengan kondisi yang terjadi saat ini. Merasa ada yang salah jika memang ada yang salah, membuka mata dan berusaha memperbaiki apa yang kurang baik.

Sepucuk puisi dalam novel Negeri di Ujung Tanduk (Chapter 26)

Nasihat Papa tentang Om Thomas

Kata papa, bahkan bila terbakar hangus seluruh keluarga kita
Jangan pernah berhenti peduli
Walaupun terfitnah kejam keluarga kita
Hingga rasanya sakit menembus hati,
Jangan pernah berhenti berbuat baik

Anak-anakku,
Jadilah orang-orang yang berdiri gagah di depan,
Membela kebenaran dan keadilan.
Jadilah orang yang berdiri perkasa di depan,
Membantu orang-orang yang lemah dan dilemahkan.
Atau jika tidak, berdirilah di belakang orang-orang yang melakukannya,
Dukung mereka sekuat tenaga

Maka, seluruh kesedihan akan diangkat dari hati,
Seluruh beban akan terasa ringan.
Karena akan tiba masanya orang-orang terbaik datang,
Yang bahu membahu menolong dalam kebaikan.
Akan tiba masanya orang-orang dengan kehormatan hadir,
Yang memilih jalan suci penuh kemuliaan.

Percayalah,
Dan jangan pernah berhenti percaya,
Meski tak ada lagi di depan, di belakang, kiri-kananmu yang tetap percaya

***

Seperti novel kebanyakan, pada novel ini juga terdapat cerita cinta. Tapi cinta yang ada adalah cinta kepada negeri, bagaimana caranya agar negeri ini memiliki pemimpin yang bisa menegakkan hukum dengan seadil-adilnya tanpa pandang bulu; cinta kepada keluarga, bahwa sebenci apapun kita terhadap salah satu keluarga kita karena masa lalunya yang pernah membuat kita terluka amat dalam, selalu ada jalan untuk memaafkannya. Saya pikir, di bagian akhir novel Negeri di Ujung Tanduk, Thomas akan menentukan pilihan pada siapa ia melabuhkan hatinya. Tapi ternyata tidak ada. Mungkin masih ada sequel selanjutnya dari kedua novel ini.

Saya merekomendasikan membaca buku ini, bukan hanya sekedar penyegaran pikiran, tapi juga jika ingin membuka mata dan sedikit peduli tentang carut marut sebuah negeri yang sepertinya saya kenal ini. Tapi sekali lagi, ini novel fiksi. Silakan ambil yang baik, dan tinggalkan yang buruk :)

"Sebuah karakter dan prinsip yang cemerlang tidak akan pernah datang dari sekolah dengan gedung megah, tapi dipenuhi guru-guru yang rakus dengan uang, hingga urusan jalan-jalan dan seragam saja bisa jadi lahan bisnis. Karakter dan prinsip yang cemerlang selalu datang dari tempat yang cemerlang --sesederhana apa pun tempatnya, datang dari proses pendidikan yang baik, dari guru-guru yang tulus dan berdedikasi tinggi" - Negeri di Ujung Tanduk

"Sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal : suhu dan tekanan tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya. Jika dia bisa bertahan, tidfak hancur, dia justru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.
Sama hal nya dengan kehidupan. Seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasanya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, kita akan tumbuh menjadi seseorang yang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh" - Negeri di Ujung Tanduk

2 komentar:

  1. Mana lebih enak negeri para bedebah atau negeri di ujung tanduk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah lama membacanya. Tapi keduanya bagus.. Mohon maaf komentarnya baru dipublikasikan..

      Hapus

Komentar dari: