25 November 2017

Cerita Pernikahan: #IpehFaridMerit from A to Z

Hari ini genap satu bulan pasca ijab qabul yang Farid dan ayah gue ucapkan pagi itu.....

Jabat tangan Sakral

Rasanya jadi newly-wed itu amat sangat bahagia sekaligus penuh kejutan. Bagaimana tidak, mulai saat itu, dari bangun tidur sampai tidur lagi bisa ketemu sama si dia yang tercinta. Yang waktu masih belum nikah dulu, tiap jam 8 malem udah keburu-buru pamitan pulang, sekarang bisa selalu stand by jam berapapun. Lebih dari itu, setelah menikah ini segala sesuatunya nggak bisa cuma mikirin diri sendiri. Gue yang udah 6 tahun hidup jauh dari orang tua dan melakukan segala sesuatunya 'nyaris' sendirian dan hanya untuk untuk diri gue sendiri, sekarang udah ada yang bisa diajakin kerja sama. Apakah lantas pekerjaan rumah jadi lebih mudah? Jawabannya bisa ya, bisa enggak. Yang pasti adalah, kebahagiaan itu ada saat kita bisa melewati semua hal bersama dengan dia yang tercinta.

Setelah di postingan sebelumnya gue cerita soal administrasi untuk bisa melangsungkan pernikahan, kali ini gue akan cerita tentang siapa aja yang ada di balik layar persiapan sampai pelaksanaan pernikahan gue dan Farid. Hastag yang ada di judul itu baru kepikiran tadi, hehe, jadi kalo disearch di IG nggak bakalan ada #penting. Mudah-mudahan ini bisa jadi referensi untuk pasangan yang hendak melangsungkan pernikahan di daerah Gunung Putri - Citeureup, Kab. Bogor, Jawa Barat.

Ngunduh Mantu #221017
1. Tempat dan Tanggal Pernikahan
Housing Indocement #131017
Tempat adalah hal yang paling krusial untuk melangsungkan pernikahan buat kami karena kami memutuskan untu tidak menggelar resepsi di rumah, jadi ini yang paling pertama dicari. Gue booking di bulan Juli akhir untuk acara bulan Oktober. Sewa gedung menjadi pilihan yang paling bijak karena gue tinggal di perumahan yang jalannya cukup sempit buat menggelar acara hajatan. Kelebihan nyewa gedung adalah, yang punya hajat nggak perlu terlalu repot dengan urusan rumah karena rumah nggak perlu berantakan berhari-hari. Selain itu, tempatnya juga lebih luas kalau di gedung, udah tersedia lahan parkirnya juga. Fasilitas lebih lengkap dan nggak bakal ngganggu fasilitas umum (misalnya sampe nutup jalan).
Gedung yang waktu itu jadi pilihan adalah Aula Masjid As-Salaam atau Aula Housing Indocement. Kedua gedung ini jadi pilihan karena lokasinya yang cukup strategis serta kemudahan akses sewa gedungnya karena ayah gue karyawan di Indocement. Gue nggak tau sih kalau bukan karyawan bakalan lebih susah atau enggak. Setelah diskusi lebih dalam, keluarga gue akhirnya milih di Aula Housing Indocement aja karena beberapa benefit yang diperoleh, salah satunya kami juga dipinjamkan 3 rumah untuk transit keluarga besan dan untuk ruang rias khusus. Nggak terlalu mewah memang, tapi amat sangat cukup. Keluarga besan nyaman, keluarga gue nyaman. Pokoknya semuanya senang.

Pelaksanaan Ijab Qabul dan Resepsi juga dalam satu tempat yang sama. Alasannya apa? Ya biar nggak ribet aja harus kesana kemari. Hehe.

Dari tanggal yang kami ajukan, ternyata udah ada yang booking duluan. Hiks. Awalnya gue dan Farid memilih 07 Oktober 2017 sebagai tanggal pernikahan. Soalnya tanggalnya bagus, bisa jadi 071017 gituuu. Eh sayangnya kurang jodoh, akhirnya kami mundur seminggu. Tanggalnya nggak jadi tanggal cantik deh wkwk.

Pelaminan Gaya Jawa
Soal tempat dan tanggal udah kelar. Selanjutnya gue ngurus administrasi di KUA, kemudian cari undangan dan wedding organizer. Untuk proses di KUA, bisa baca di postingan ini ya!
2. Undangan
Setelah tanggal, waktu dan tempat fix, gue baru bikin undangan. Kalau nggak salah, gue bikin undangan di awal September, dengan asumsi kalau nyetak undangan itu nggak butuh waktu lama, paling 2 minggu kelar. Sebagai amateur-designer #halah, desain undangan gue bikin sendiri, nanti tinggal cari jasa cetaknya.

Bentuk kami bikin yang nggak ribet, tapi tetap sopan. Hanya satu lembar hardboard plus amplop aja. Nggak pakai hotprint juga. Karena undangan itu walaupun memang ujung-ujungnya cuma jadi pengingat waktu dan tempat, tapi tetap harus enak dibaca, dipandang, dan nggak terkesan 'nggampangke'.
Untuk jasa cetak, gue coba searching di instagram. Nge-DM berbagai akun penyedia layanan jasa cetak undangan. Setelah survei harga kesana kemari dari harga yang rendah sampai yang tinggi, ketemulah salah satu jasa yang harganya nggak terlalu mahal tapi kualitasnya juga nggak murahan. IG nya adalah @centralpernikunik. Gue lihat display instagramnya lumayan oke punya, ownernya juga cukup fast response. Untungnya lagi adalah, lokasinya satu arah dengan akses untuk ke tempat kerja. Jadinya nggak usah ngalang deh. Berasa jodoh bet (sama tempat bikin undangannya lhooo~)

Amplop Undangan

Hardboard Undangan

Ownernya ternyata seumuran sama gue dan Farid, dan kuliah di kampus yang sama! Cuma beda fakultas. Jadi, pas ngambil undangan yang beratnya segede gaban itu (karena lumayan banyak dan ditaruh sekardus gede bok!), kami malah sempet saling cerita tentang kuliahan. Kata ownernya, dia sibuk bikinin undangan buat orang lain, tapi belum kepikiran bikin buat dirinya sendiri. Hehe. #marikitadoakanmasownernya

Perihal siapa-siapa yang menjadi daftar undangan, gue menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua. Yang bab ini gue udah mental banget ide dan sarannya. Pokoknya harus ngundang 'yang ini', kalo enggak... Ya pokoknya harus. Akhirnya, yang diundang cukup banyak walaupun gue banyak yang kagak kenal. 
3. Wedding Organizer (WO)
Pencarian wedding organizer ini juga butuh waktu yang lumayan lama. Dari mulai tanya-tanya ke temen yang udah nikah duluan, sampai cari-cari via instagram. Gue mulai membandingkan harga kalau sewa dekorasi-rias-catering-dll nya terpisah dan udah dalam satu paket.

Sempet ada kejadian salah satu WO yang gue kontak ini baper, terus agak marah-marah gitu sama gue karena di mata dia, konfirmasi gue terlalu lama. Haha. Ya, namanya juga membandingkan ya. Kadang juga oerlu diskusi sama orang lain, nggak bisa gue memutuskan sendiri dan secepat itu. Yasudahlah, untungnya nggak jadi pakai WO yang itu, bisa baper mulu entar kesananya.

Setelah gue dapet beberapa paketan dan harganya, gue share ke keluarga inti. Kami berembug berhari-hari, sampai akhirnya temen ayah gue ngasihtau WO yang dia pakai waktu nikahin anaknya beberapa bulan lalu. Katanya cateringnya lumayan enak, ayah-ibu gue yang waktu itu dateng kondangan juga bilang cateringnya lumayan enak. Terus yang punya WO itu juga ternyata kenal sama tante gue. Ahahaha. Cocok.. Akhirnya gue dikasih kontak whatsapp Mbak Tuti selaku owner dari @oemahmanten99 dan mulai tanya-tanya.
Yang bikin gue tambah seneng adalah, ternyata baju yang gue dan Farid pengen pakai saat resepsi tersedia di WO nya Mbak Tuti. Lihat-lihat portfolio dekorasinya juga lumayan. Mbak Tuti orangnya juga super baik dan ramah, mau tanya-tanya jam berapapun tetep dilayani. Gue sama Mbak Tuti ini cuma mengandalkan Whatsapp buat komunikasi. Ayah-ibu gue juga baru dateng ke rumah Mbak Tuti buat ngobrol-ngobrol pas udah bulan Agustus pertengahan.
Setelah berdiskusi, akhirnya keluarga memutuskan jadinya ambil paket di Mbak Tuti. Jadi, segala hal mulai dari rias-dekor-catering-dokumentasi sampai souvenir pun Mbak Tuti yang pegang. Gue tinggal bilang aja mau yang kaya gimana. Oiya, soal souvenirnya tuh gini; jadi, karena gue ambil paket untuk jumlah undangan tertentu, ada bonus photobooth unlimited. Nah, itulah souvenirnya. Udah termasuk di paket dan nggak perlu nambah biaya lagi. Ini sih lumayan neken biaya banget. Awalnya gue dan Farid pengen souvenir kek bibit pohon atau bunga gitu, tapi semakin mendekati hari H kok semakin nggak terpikirkan. Yasudahlah pakai saja tawaran dari Mbak Tuti itu.
Untuk konsep besar pernikahannya, gue sama Farid milih pakai adat Jawa. Sempet ada drama dikit sih soal baju, tapi ya nggak lama kok. Yang tadinya mau cari baju yang bludru warna hijau gara-gara lihat di Pinterest (tapi ternyata susah dan nggak sesuai pakem), jadinya pakai kebaya hitam yang jadi pilihan kedua kami aja (dan itu ada di Mbak Tuti).
Di H-1, ternyata ada hal yang masih missed. Yaitu soal frame yang bakal dipakai buat naruh handlettering. Salah paham dikit sih, tapi lagi-lagi Mbak Tuti dengan sigap bisa menyelesaikan permasalahan itu. Nggak seru bener kayaknya idup gue kalo nggak ada surprise kecil kecil gitu. Duh, mengingatkanku pada ujian skripsi #ahsudahlah.
4. Baju Akad



Baju akadnya gue bikin di penjahit langganan deket rumah. Gue nyari inspirasinya dari Pinterest. Gue pengen pakai baju yang kelihatan elegan, tapi tetep simpel. Dan yang pasti, harus bikin badan gue keliatan berisi. Haha. Problematika yang tidak biasa banget kan gue. Saat bride-to-be yang lain galau karena mau nikah tapi badannya nggak kurus-kurus, gue malah galau karena nggak gemuk-gemuk.

Kain yang dipakai untuk bikin baju akad gue ditemukan oleh Farid di sebuah pojokan toko kain di bilangan Jalan Solo. Kainnya baru datang, belum diukurin dan belum dikasih harga. Tapi Farid langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Akhirnya, dibelilah kain itu setelah si empunya toko kain segera memasang harga. Soal selera, Farid mah nggak usah diragukan. Pilihannya insya Allah selalu oke, termasuk ketika memilihku jadi istrinya. Wahahahahahaha~

Detail brokatnya itulhoo..
Kerempongan terjadi saat gue nyari-nyari kerudung yang mau dipakai buat akad. Bolak balik toko kain ternyata yang gue cari nggak ada. Setelah kaki sengkleh, ternyata ketemunya di toko busana muslim Annisa di jalan Solo. Alhamdulillah.... Tinggal pakai dan nggak perlu ke tukang jahit buat menjadikannya kerudung.

Kalau baju akadnya Farid pakai setelan jas hitam dengan kemeja putih, dipadukan dengan peci hitam dan sepatu kincling. Ganteng dah pokoknya.
5. Seserahan
Belum selesai dibungkus.
Buat seserahannya nggak ribet sih. Modalnya cuma googling dan tanya ke calon ibuk mertua (waktu itu) buat tau seserahan apa aja yang mesti disiapkan. Gue sama Farid pengennya seserahan ini bakalan berguna untuk menunjang kehidupan berumah tangga. Dan yang terpenting adalah, hemat. Haha. Jadilah, untuk kotak seserahannya kami bikin custom di tukang kayu. Minta dibikinin dengan beberapa ukuran yang berbeda. Jadi setelah dipakai di nikahan nanti, boksnya tetep bisa dipakai untuk tempat penyimpanan ataupun buat jadi nampan.
Isinya standar sih yaa. Googling aja deh pokoknya hehe. Gue sama Farid milih sendiri isinya mau apa. Jadilah hampir dua minggu muter-muter cuma buat nyari seserahan. Iyaa, waktunya agak repot karena kalo pagi sampe sore gue di sekolah. Terus nyari seserahannya sore. Kadang cuma dapet sedikit terus udah capek, bahkan kadang nggak dapat apa-apa karena nggak nemu barang yang dicari. Belom lagi kalo udah mulai bandingin harga. Bisa bolak-balik ke toko tertentu tapi karena keburu capek malah nggak jadi dapet barang yang dicari. Hahaha.
Kelar urusan isi dan wadahnya, kami sempet survei jasa yang bisa bungkus seserahan. Ternyata mahal juga ya. Untuk satu boks aja jasanya minimal 40.000. Kalau dikali 5 aja udah 200.000 buat bungkus seserahan doang. Alhasil, mengingat tangan gue ini kadang nggak bisa diem, dan dengan prinsip awal bahwa mau hemat, akhirnya kami memutuskan untuk bungkus seserahannya sendiri. Hahaha. Bermodalkan pinterest untuk cari inspirasi, dibantuin ngelembur sampe H-7. Akhirnya kelar juga. Sama sekali nggak merasa repot sih gue, soalnya ngerjainnya seneng-seneng aja.


Contoh seserahan yang kuhias sendiri

6. Cincin Nikah
Untuk bagian yang ini, gue nggak nyiapin sama sekali karena dari awal emang gue bakal pakai cincin lamaran. Jadi, yang ini skip ya.
7. Wedding Sign
Seperti biasa, nggambar sendiri dooong. Kalo mentemen mo pesen buat nikahannya juga boleh banget. Hehehe. Bisa sambil buka-buka @sasamitalokart juga!

A post shared by Sasmitaloka Art🎨 (@sasmitalokart) on

Kalau dilihat-lihat, hampir sebagian besar printilan emang gue kerjain berdua sama Farid. Nggak terlalu ribet nyari-nyari (walaupun tetep banyak waktu buat nyari), lebih hemat, dan puas juga. Alhamdulillah, pada hari H pelaksanaannya, semua berjalan sesuai dengan rencana. Pak penghulu datang tepat waktu, tata rias gue memuaskan, catering nggak keteteran, tamu senang, tuan rumah juga senang. Tetap yang paling mengharukan adalah momen sungkem dan saat gue minta izin ke Ayah Ibu untuk nikah sama laki-laki pilihan hatiquuuu.

Nah, yang gue tulis di atas adalah detail A to Z di acara resepsi di Bogor. Untuk acara ngunduh mantu yang di Kulon Progo nggak terlalu ribet juga karena gue pakai baju yang dipakai pas akad. Tapi dengan riasan yang agak beda dikit. Kenapa pakai baju pas akad? Karena bajunya baguuuuus. Hahaha. 

Untuk acara ngunduh mantu, yang bikin gue jadi cantik adalah dedek Nopi @syaabrinann. Terus hijab do nya emang pengen yang sederhana, jadilah gue pakai seperti yang biasanya gue pakai. Tapi perasaan gue lebih puas aja. Entah kenapa.

Terakhir,

Terima kasih buat semua pihak yang udah berkenan repot di acara pernikahan gue sama Farid. Orang tua kami, adik dan kakak, keluarga besar, om tante, pakde budhe, sepupu-sepupu, teman-teman, sahabat dan tetangga kanan kiri yang jauh lebih repot dibandingkan mantennya. Terutama untuk teman-teman kuliah dan organisasi kami yang rela jauh-jauh datang dari Jogja ke Bogor. Nggak pernah menyangka saat akad nikah kami, kalian ada di tempat yang sama. Terharu sungguuuuuuh... Terima kasih terima kasih terima kasih.

Aku sama Farid nggak bisa membalas apapun, mudah-mudahan Allah menerima kebaikan semuanya sebagai ladang pahala, dan mudah-mudahan Allah membalas dengan berlipat ganda. Aamiin.

Cerita tentang kehidupan newly-wed gue tulis di postingan lain ya. Mudah-mudahan tulisan ini bisa jadi inspirasi dan kalau mau contact person atau info yang lebih detail, feel free to ask me on comment section below. Thank you~





We're our dream come true ♥

3 komentar:

  1. Mba maaf , saya mau nanya untuk kita bisa tau biaya sewa gedung housing indocement berapa gimana ya ?saya dah gugling belum nemu , saya baca tulisan mba dan terinspirasi , nuhun :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon maaf baru sempat balas ya mbak/mas. Kalau untuk harga terbaru, bisa langsung ke Aula Housing saja, nanti menemui yang menjaga di sana. Kemarin saya dibantu dg om untuk urusan tempatnya mas. Biasanya kalau sewa Aula bisa dapat 1/2 rumah untuk persiapan (makeup) atau bermalam bagi besan.. Mudah2an membantu :)

      Hapus
  2. Mba maaf , untuk bisa tau biaya sewa gedung di housing indocement gimana ya , saya baca tulisan mba dan terinspirasi , nuhun

    BalasHapus

Komentar dari: