1 Oktober 2017

Cerita Pernikahan: Yuk dek, kita ke KUA!




Siapa yang menunggu ajakan kayak gitu, hayo ngaku?

Kalian para wanita berusia 20an yang inner circlenya udah pada update foto honeymoon, nggendong baby kesana kesini, ngerasa pacaran udah lama tapi gitu-gitu aja, udah keseringan dapet undangan nikahan temen, dan nggak kepengen nambah dosa lagi gegara pacaran, pasti menanti si abang mengucapkan ajakan itu. 

Nah, jika suatu hari nanti si abang udah ngajakin ke KUA, ini dia beberapa hal yang harus kalian siapkan supaya perjalanan menuju halal nya nggak kebingungan. Gue mau ngeshare ini juga supaya kenangan sekali seumur hidup ini bisa gue baca-baca lagi beberapa puluh tahun yang akan datang. Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi gue dan si Abang yaaa. Bisa aja karena beda tempat juga beda aturan, tapi secara garis besar sama kok.

So, here we go!

Setelah tanggal pernikahan ditetapkan oleh kedua pihak keluarga, kalian bisa mulai mempersiapkan diri mengurus segala macam administrasi untuk daftar di KUA. Pada kasus gue dan si Abang, kami akan menikah di tempat orang tua gue tinggal, yang mana tidak berada dalam satu provinsi dengan KTP kami berdua. So, supaya kami bisa daftar di KUA di wilayah tempat nikah, kami harus mencari surat numpang nikah terlebih dahulu.

Gue dan si Abang punya KTP dengan domisili yang sama, jadi ngurusnya nggak perlu di dua tempat. Lebih simpel dan #ehem bisa bareng-bareng juga. Ehehehe. Kami juga ngurusin semuanya berdua, karena semua orang sibuk dan nggak ada yang bisa dimintain tolong. Hahaha. Nggak ding. Ya karena memang bisa dikerjain berdua, yaudah, kerjain aja berdua. Itung-itung latihan ketemu birokrasi biar nggak kaget kalau nanti perlu ngurus administrasi setelah berkeluarga. Lagian nih ya, menurut gue, ngurus administrasi pernikahan yang nggak pake calo juga malah bikin semakin terasa perjuangannya. Kadang, ada hal yang bikin emosi agak naik turun gitu. Tapi karena ngurusnya sama si Abang, yaaa nyenengin lah tetepan. Hehehe.

1. Minta surat pengantar dari Padukuhan
Step pertama, kalian harus sowan ke rumah Pak Dukuh untuk minta surat pengantar. Di beberapa tempat yang nggak ada padukuhannya, step ini bisa diganti dengan minta surat keterangan dari RT dan RW setempat. Syarat yang harus dibawa cuma KTP kalian aja kok. Nanti Pak Dukuh bakalan ngasih surat keterangan yang harus dibawa dan diteruskan ke Kelurahan.

2. Meminta kelengkapan berkas di Kelurahan
Setelah bawa surat pengantar dari Pak Dukuh, kalian bisa langsung ke kelurahan untuk daftar nikah. Dokumen lainnya yang harus kalian bawa adalah: KTP, fotokopi KK, fotokopi akte kelahiran dan fotokopi ijazah terakhir. Nanti berkasnya diserahkan ke petugas kelurahan untuk diinput ke formulir N1, N2, dan N4. Kalian juga bakalan ditanya mau nikah tanggal berapa dan tempatnya dimana. Jangan lupa untuk minta surat keterangan belum pernah menikah buat calon pengantin laki-laki dan perempuan yaa. Karena ini surat pernyataan, maka dibutuhkan materai. So, siapkan materai 6000 juga ya gaes.

3. Cek kesehatan di Puskesmas
Sejujurnya gue baru tau kalau mau nikah itu perlu imunisasi dulu. Ehehehe. Jadi, bagi calon pengantin laki-laki dan perempuan, perlu ikut tes kesehatan dulu di Puskesmas. Gue pikir kan cuma yang perempuan doang, ternyata yang laki-laki juga loh. Sepaket. Cumaa, kalau untuk yang laki-laki, materi pemeriksaannya lebih sedikit. Satu doang malahan. Nah, materi pemeriksaan buat yang perempuan kayak gini nih.

Pertama, cek darah dan tes urin dulu.
Cek darah cuma ditusuk ujung jarinya untuk lihat kadar HB dalam darah. Kalau tes urin itu untuk mengetahui si perempuan dalam keadaan hamil atau enggak. Iyaaa, ditesnya pake test pack gituu.

Kedua, cek fisik dan wawancara.
Ukur berat badan, tinggi badan, tekanan darah, dan diwawancara terkait riwayat penyakit yang pernah diderita. Terus ditanya juga terkait kesehatan keluarga. 

Ketiga, cek kesehatan gigi.
Duduk di kursi periksa, terus dicek ada gigi yang berlubang atau enggak. Udah itu doang. Sama diingetin supaya sikat gigi 2x sehari, setiap setelah sarapan dan sebelum tidur.

Keempat, suntik TT dan cek gizi
Ini masuknya ke klinik KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) ya. Oiya, TT itu Tetanus Toxoid, jadi imunisasinya untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi. Terus perutnya diperiksa lagi, ada isinya apa enggak. Wkwk. Waktu itu gue tesnya pas belum makan, jadinya kosong song sooong. Setelah itu lingkar lengannya diukur. Ukuran lingkar lengan minimal itu 23cm, sedangkan punya gue nggak sampai segitu, alhasil yaaaa disuruh lah nggemukin badan.

Nah, kalau udah langsung ke kasir dan bayar. Waktu itu gue habis Rp. 64.000-an. Nanti bakal dapat amplop tersegel yang isinya hasil tes kita di puskesmas tadi.

Hasil Pemeriksaan di Puskesmas


4. Pengesahan berkas di Kecamatan
Kelurahan selesai. Puskesmas selesai. Selanjutnya, tempat yang harus dituju adalah kantor kecamatan. Disana, tinggal menyerahkan berkas dari kelurahan untuk ditandatangani Pak Camat. Nanti setelah ditandatangani, difotokopi satu kali. Berkas yang fotokopi diserahkan ke Kecamatan untuk arsip.

5. Ke KUA Domisili dulu Dong!
Semua berkas dari kecamatan dan puskesmas dibawa ke KUA. Beuh, rasanya menginjakkan kaki di KUA tuh aura deg-degannya udah mulai berasa. Karena niatnya nyari surat numpang nikah doang, jadinya sih nggak banyak ditanya-tanya.

Ini yang diantarkan ke KUA tempat menikah


6. Ini dia saatnya beneran daftar KUA
Untuk bisa daftar ke KUA, gue dan si Abang harus menempuh perjalanan jauh dan juga pake acara 'meliburkan diri' dari tempat kerja. Semua berkas, baik yang fotokopian maupun yang asli juga jangan sampai lupa dibawa. Oiya, berkasnya juga dilengkapi dengan surat pernyataan Wali dan fotokopi buku nikah orang tua ya gengs. Ditambah foto berwarna ukuran 4x6 1 lembar dan 2x3 2 lembar.

Masuk ke ruang kepala KUA. Ditanya mau nikah tanggal berapa, dimana dan jam berapa. Terus dicatat di buku induk gitu. Setelah itu, langsung ke bagian input berkas dan dikasih blangko untuk pembayaran ke bank. Biaya administrasinya Rp.600.000 dan disetorkan ke kas negara. Bayarnya bisa di bank mana aja.

Sebagai tambahan, pendaftaran nikah di KUA paling enggak 3 bulan sebelum hari H ya. Ini mengantisipasi kesanggupan penghulu untuk menikahkan sepasang calon pengantin.

Untuk KUA tempat gue daftar, calon pengantin harus ikut bimbingan pra nikah gitu. Gue nggak tau bentuk kegiatannya ngapain aja, habisnya si Bapak yang gue tanyain malah ngejawab dengan jawaban yang ngeselin parah. Kayaknya sih ya cuma dengerin ceramah aja sih. Dan berhubung gue baru bakal balik ke rumah beberapa hari sebelum nikah, yaaaa, bimbingannya nanti aja mepet-mepet. Keknya nggak ada tuh acara pingit-pingitan segala. Secara, gue kan juga kerja. Wkwk.

Nah, selesai sudah pendaftaran nikah ke KUA. Proses di tempat asal mulai dari Padukuhan, Kelurahan, Puskesmas, Kecamatan dan KUA domisili selesai hanya dalam waktu 5 jam sajaaa. Padahal gue udah parno banget takut nggak selesai di waktu yang gue rencanakan karena terlanjur beli tiket kereta. Alhamdulillah Allah baiiik banget. Dua hari sebelum ke Bogor, ternyata nggak ada KBM di sekolah, jadi gurunya bisa pulang cepet dan gue sama si Abang bisa ngurusin.

Sekarang, gue tinggal menunggu tanggal pernikahan gue sambil tetap melanjutkan hidup. Tetep ngajar kayak biasanya, tetep ngerjain pesenan hand lettering kayak biasanya, tetep main juga kayak biasanya. Yang berubah palingan gue sekarang udah mulai nyicil perabotan buat persiapan berkeluarga nanti. Belajar lagi caranya bagi waktu. Pokoknya, belajar jadi menteri dalam negeri yang baik buat keluarga kecil gue nanti.

Minta doanya ya gengs, mudah-mudahan Allah ridho dan semuanya berjalan lancar. Waktu nulis ini, gue belum deg-degan yang gimana-gimana. Tapi semakin deket waktunya, pasti gue makin deg-degan. Wkwk.

Jadi, siapa yang setelah ini nyusul ke KUA?



2 komentar:

  1. Balasan
    1. si ibu ngomennya ternyata udah dari kapan tau. maapkan baru dimoderasi ya :3

      Hapus

Komentar dari: