11 April 2017

[Review] Fahd Pahdepie: Angan Senja dan Senyum Pagi

Ngintip sedikit
Seperti saat Fahd meluncurkan karya-karya sebelumnya, gue cukup penasaran dengan buku terbaru yang bakal rilis awal tahun 2017 ini. Kalau pas buku Sehidup Sesurga dan Jodoh gue pengen banget ikut pre ordernya (dan Alhamdulillah kesampean), buku terakhirnya kali ini nggak bikin gue kepengen-kepengen banget buat ikut PO. Waktu itu uangnya lagi dialokasikan buat keperluan yang lain. Gue dulu juga ikutan buat milih salah satu desain cover yang ternyata pada akhirnya tetep pakai desain cover dari pelukis Leonid Sfremov (dan ternyata penentuan coverpun penuh drama, baca di sini).

Cover novel yang tidak jadi dipakai. From here

Cover yang terpilih. From here
Jadilah saat Fahd posting soal pre order pertama buat buku terkininya yang berjudul Angan Senja dan Senyum Pagi, gue skip aja infonya. Kalau nggak salah waktu itu bonusnya mini totebag.

From here
Suatu pagi pas lagi asik scroll homenya instagram, akunnya @fahdpahdepie ini ngeshare soal PO selanjutnya yang ternyata bonusnya bikin gue cukup tertarik.

From here
Yap, gue bisa mendapatkan sebuah buku dengan sampul kulit. Yang ada di pikiran gue waktu itu adalah gue bakal dapet notes dengan sampul kulit'. Udah seneng banget tuh, tanpa mempedulikan bonus lain yang gue dapet, langsung lah gue ikutan PO dan transfer. Setelah pengirimannya sempet dipending, akhirnya bukunya sampai juga ke tangan gue.

Berhubung yang bikin gue tertarik adalah si sampul kulit itu, langsung dah gue buka. Daaaaaan, taraaa ternyata gue harus menanggung sedikit kekecewaan karena yang dateng cuma sampul kulitnya aja tanpa ada notes seperti yang gue kira sebelumnya. Gue terlalu cepet baca tulisan di fotonya dan akhirnya punya persepsi sendiri, dan persepsinya salah. Hahahaha. Nggak teliti banget :3 Tapi bonus kumpulan prosa 'Menaklukanmu Sekali Lagi' cukup lah bikin baper. Hehe. 

Yasudahlah, mari kita baca bukunya......

***

Angan Senja dan Senyum Pagi ini adalah sebuah novel fiksi yang bercerita soal Angan dan Pagi. 

Beberapa bab dimulai, gue merasa novel ini layaknya teenlit, cukup ringan. Hehe. Mungkin karena ada beberapa bagian flashback dan ada beberapa bagian yang too bad too be true atau too good to be true. Dalam buku ini juga dipertemukan dua unsur yang mungkin bikin takjub sebagian orang, musik dan matematika. Ternyata ada irisan dalam keduanya. Ada kisah tentang seseorang yang sangat sulit melupakan sebuah peristiwa ketika peristiwa tersebut sudah masuk dalam inti memorinya, dan ada pula kisah tentang seseorang yang sudah berjalan sangat jauh namun ternyata belum siap untuk jatuh cinta lagi. Seperti dikutuk.

Keunikan buku ini tidak hanya sampai di situ, Fahd membuat tokoh dalam buku ini dengan nama yang unik. Ada Angan Senja, Senyum Pagi, Embun Fajar, dan nama lain yang kurang lazim dipakai seseorang

Yang gue suka dari tiap buku yang dibuat Fahd adalah tentang penerimaan. Bahwa manusia seringkali merencanakan banyak hal, tapi tidak semuanya bisa tercapai. Terkadang perlu memutar, jauh, jauh sekali, untuk kemudian kembali dan meneruskan semuanya. Terkadang perlu menunggu waktu yang lama, lama sekali untuk kemudian melanjutkan sisanya.

Di bagian akhir, nggak tau kenapa mata rasanya perih, tau-tau air matanya netes. Ternyata gue cukup terhanyut dalam perjalanan Angan dan Pagi. Apalagi terkait soal persiapan pernikahan (eh spoiler nggak sih ini? Hihi). Buat penggemar lagu Dewa 19 juga ada beberapa lagu yang dimunculkan di sini. Sudah jadi ciri Fahd kayaknya di tiap tulisannya bakal ada 'soundtrack'.

Buku ini worth to read kok, terutama bagi mereka yang butuh pencerahan tentang perasaan. Harus disimpan begitu sajakah? Harus disampaikan pada orangnya kah? Atau haruskah melihat orang yang disayang bersanding dengan orang lain di pelaminan? Silakan temukan jawabannya di buku ini.

***

Gue mengenal Fahd Pahdepie sejak ia punya nama pena Fahd Djibran. Buku-bukunya terdahulu yang gue punya adalah Yang Galau Yang Meracau, Perjalanan Rasa, Semesta Sebelum Dunia, Jodoh dan Sehidup Sesurga. Buku-buku itu nampaknya bisa jadi referensi untuk menyikapi perjalanan hidup. Mulai dari menyikapi rasa galau, tentang perpisahan, alam sebelum dunia, jodoh, dan hidup bersama dunia akhirat. Bahasan dalam buku-buku tersebut lumayan berat, tapi asik. Gue lebih ngerasa ngefeel baca buku yang sebelumnya. Mungkin karena beberapa ada yang bukan novel, tapi kumpulan prosa gitu kali ya. 

Moga-moga next time Fahd Pahdepie bikin kumpulan prosa lagi yaaaa....

1 komentar:

Komentar dari: