24 April 2014

Kado.

Seiring bertambahnya nominal angka pada usia seseorang, sejatinya seseorang itu sedang merayakan sebuah kehilangan. Ya, kehilangan jatah sisa tinggal di dunia ini. Momen ini biasanya disebut dengan ulang tahun. Perayaan perulangan tanggal dan bulan yang sama, namun dengan tahun yang berbeda. Sebuah prosesi yang lebih sering dilakukan dengan tiup lilin dan potong kue serta bertaburan kado dan ucapan. Intinya, bisa jadi ada banyak hal yang seseorang terima di hari bahagianya itu.

Lima hari yang lalu gue menjadi seseorang yang mengulang tanggal 20 April ke dua puluh satu (tulisannya sengaja nggak dibikin angka biar nggak ketara tua banget, hehe). Ada beberapa hal yang berkesan, bahkan kesannya nggak cuma pas tanggal 20 aja. Sebelum dan sesudahnya juga berkesan banget buat gue. Ulang tahun gue kali ini, sengaja gue nggak punya banyak wish. Tetep ada sih, tapi nggak banyak. Nggak kayak taun kemaren dimana gue punya "Twenty things that I should have do on twenty" yang sampai di hari terakhir usia dua puluh tahun pun nggak bisa gue lakukan semuanya. Salah satunya adalah, jadi asdos :|

Tapi kali ini gue bukan mau bicarain soal wish gue yang nggak terkabul dari list yang udah gue bikin. Gue tetep bersyukur kok walaupun banyak list yang nggak kecoret, karena gue menyadari bahwa apa yang Tuhan berikan buat gue nggak hanya sekedar apa yang ada di list gue. Melainkan buanyak, buanyak buangeeeeet :')

Tanggal dua puluh kemarin adalah hari minggu, hari dimana gue nggak punya aktivitas kuliah. Malamnya, selepas jam 00.00, Fiani adalah orang yang pertama ngucapin selamat ulang tahun via sms. Gue jadi inget dua tahun yang lalu, ketika Fiani menggunakan metode missed call sebanyak umur gue untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Sebenernya ada yang lebih dulu, tapi sayangnya gue terlalu ngantuk untuk mengangkat telfonnya di jam 00.09, jadinya gue baru ngangkat telfon ketika dia telfon lagi jam 00.47 :3 Paginya, gue main sama adik sepupu gue. Jarang banget gue bisa main sama dia kayak gitu, soalnya gue jarang ada di rumah simbah pas dia lagi main ke rumah simbah. Agak siang dikit, gue diajak makan siang di tempat makan sama tante gue. Disana, gue dapet telfon dari ibu yang ternyata juga lagi jalan-jalan sama bapak dan adek-adek (bikin sirik aja :'' ) dan tanpa dikomando mereka yang ditelfon dan keluarga gue yang lagi satu posisi sama gue waktu itu nyanyiin lagu selamat ulang tahun. Tanpa kue, tanpa lilin. Tapi gue yakin cinta mereka semua buat gue jauh lebih manis daripada kue tart, dan jauh lebih terang daripada sebuah cahaya lilin.

1:27 | Ibuk

Selepas Dzuhur, gue menuju bagian barat Yogyakarta karena ada sesuatu hal yang harus dikerjakan. Sampai sana ya biasa aja, nggak terus dikasih surprise kue ulang tahun pakai lilin atau tiba-tiba ada bungkusan kado segede alaihum gambreng yang dikasih pita warna pink. Gue juga nggak berharap itu. Gue cuma berharap sama seseorang yang mengundang gue kesana. Supaya, supayaaa.... Emm, rahasia :))) Gue tau dia sedang terburu-buru. Gue tau dia banyak yang nyariin karena sebenernya hari itu juga bertepatan dengan hari ulang tahun 'tempat-dia-nyari-ilmu'. Makanya itu, gue nggak mau ngabisin waktu. Begitu gue tau apa yang harus gue lakukan, gue langsung kerjain. Yaa, meskipun di awal sempet grogi dan sering salah, tapi Alhamdulillah kerjaannya bisa (nyaris) selesai.

Berhubung baru nyaris selesai dan sudah ada aktivitas lain yang harus dikerjakan di kampus, akhirnya gue diajak ke kampus dan menyelesaikan semuanya disana. Gue sih duduk anteng di depan laptop sambil sesekali ngobrol sama adek tingkat yang baru break evaluasi acara semnas himpunan. Tapi dia, gue hitung ada kali 10 kali naik turun tangga di gedung tempat acaranya berlangsung cuma buat memastikan bahwa semuanya lancar. Semoga itu bisa mengurangi volume perut yang kayaknya udah mulai endut itu yak :D

Jam 21.00 gue pulang ke rumah dengan niat langsung ngerjain tugas kuliah buat hari seninnya. Tapi begitu sampai rumah, gue mendapati bahwa kuliah besok kosong. Akhirnya gue ngerjainnya belum selesai semuanya dan udah gue tinggal tidur karena gue ngantuk. Pas gue bangun, udah hari Kartini. Jadi, ya tanggal dua puluh gue adalah seperti itu. Gue berusaha untuk tidak terlalu menganggap spesial hari itu, dan berusaha menjalani hari itu seperti hari-hari yang lain. Perbedaannya terletak pada usia gue yang udah nggak dua puluh lagi :)

Kemarin, waktu Farid ngajak ke Toga Mas dan pas lagi ada di deretan sketchbook, dia nanya gini, 
"Kamu udah nggak pernah nulis sama nggambar lagi ya?"
"Aku lagi nggak pengen. Nanti kalau aku pengen, aku pasti nulis sama nggambar lagi.."

Terus, gue nyadar. Keinginan gue nulis atau nggambar itu bisa muncul karena banyak hal, dan salah satu hal yang gue sadarin adalah gue nggak nulis dan nggak nggambar belakangan ini karena nggak ada yang nyuruh gue nulis sama nggambar lagi. Ehm, ringkasnya gini. Gue nggak pengen nulis sama nggambar karena nggak ada yang 'nyuruh' gue ngelakuin itu. Mungkin gue lagi ada dalam fase jadi seorang penulis yang nggak punya pembaca, atau seniman yang nggak punya penggemar yang menikmati hasil karyanya. Dan ketika Farid nanyain hal itu, gue kayak yang, "Ada yang nungguin tulisan gue ternyata.. Ada yang pengen lihat gue nggambar lagi ternyata". Saat itulah, keinginan gue muncul. Sebenernya, gue bukan kehabisan ide buat nulis atau nggambar, tapi gue kehilangan semangat untuk merealisasikan itu semua. Jadi, malam ini gue mulai menulis lagi. Besok gue akan coba menggambar lagi :)

Hari ini, lima hari setelah hari ulang tahun gue, gue baru merasa "Apakah ini benar-benar kado?"

Farid pernah ngasih gue Daily Journal hasil promo temen sekelas gitu buat gue. Dia pernah bilang bakal ngisi buku itu pakai tulisannya. Setelah sebulan lebih, hal itu baru terealisasi tadi siang. Ditengah dia ngerjain tugas statistika, dia mencoret-coret halaman pertama buku gue. Gue berusaha menerka apa yang akan dia tulis. Sesekali gue tengok dia nulis, terus pas gue lihat kok ternyata dia nulisnya banyak yak :| Sampai dia mengakhiri tulisannya ketika dia sudah berhasil menulis satu halaman penuh. Itu adalah tulisan terpanjang yang pernah Farid tulis untuk gue.

Dan begitu gue baca..

Nggak akan gue ceritakan disini. Yang jelas, gue nggak pernah menyangka gue membaca tulisan seperti itu. Seandainya itu bukan di kelas, mungkin gue nggak bakalan maksa diri gue buat nahan supaya air mata gue nggak keluar. Gue terkejut, terharu dan ah gue merasa bahwa pengalaman gue menulis selama ini nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan cara pikir sama cara nulisnya. Gue nggak bisa berkata-kata selain berterima kasih dan berharap semoga Tuhan memberikan semua kesempatan itu :) Selebihnya, gue akan simpan itu di dalam bukunya.

Selepas rapat PPL sore ini, Rahma mendekati gue dan memberikan sebuah bingkisan berbalut kertas kado berwarna biru muda dengan origami burung di atasnya. Sebenernya gue udah tau apa isinya, karena beberapa hari sebelum gue ulang tahun, Akhi tanya ke gue, gue minta hadiah apa untuk ulang tahun. Gue minta ini...

ini apa hayo?

Gue nggak tau kenapa harus itu. Gue hanya merasa yakin bahwa itu akan menjadi sesuatu yang melekat pada diri gue. Entahlah, gue cuma pengen itu. Barangkali, itu juga bisa gue bawa ke suatu tempat dimana gue mempersiapkan diri untuk menghabiskan sisa hidup gue bersama seseorang nanti :)

Pengulangan tahun ke dua puluh satu kali ini juga membuka pemikiran gue bahwa ada banyak hal yang harus gue persiapkan untuk kehidupan gue mendatang. Akhir-akhir ini lagi sering banget denger soal parenting, soal nikah, soal anak kecil. Hehe. Enggak, gue nggak nikah besok pagi kok. Gue dan dia masih dalam langkah awal mempersiapkan banyak hal. Gue cuma berharap semoga Allah selalu meridhoi setiap langkah gue. Semoga gue juga semakin bijak dan dewasa dalam bersikap dan berucap. Bisa membahagiakan orang-orang yang gue sayang, dan menyayangi gue. Termasuk membahagiakan diri gue sendiri.

Sekali lagi, selamat mengulang tanggal dua puluh april yangke dua puluh satu :)


2 komentar:

Komentar dari: