6 April 2011

From Jogja With Love I

..Ketika ku pijakkan kaki di kotamu
Ada yang lain mengisi hatiku
Senyum dan air mata yang kau beri
Saat kita bertemu di kota yang sama ..

Lagu SKJ'94 masih mengalun pelan di telingaku saat kulihat sebuah jembatan penghubung dua provinsi dari dalam bis yang aku tumpangi. Pagi belum menyapa, "Ah,sampai juga aku di Jogja.." ujarku sambil membenarkan posisi dudukku. Bis masih melaju kencang, kulihat di sepanjang jalan, rumah-rumah yang sangat khas coraknya, yang berbeda saat aku masih tinggal di Bogor. Hari ini aku kembali ke Jogja, namun kali ini bukan sebagai liburan, tapi aku akan menetap disini paling tidak sampai 4 tahun ke depan, untuk mengejar ilmu, dan berkuliah.

Aku melewati RSUD Sleman di Murangan, tempat aku dilahirkan 18 tahun yang lalu. Dulu aku dilahirkan disini, dan sekarang kembali lagi untuk merubah hidupku. Aku selalu kagum dengan Jogja dan seisinya. Entah kenapa aku selalu merasa nyaman apabila aku berada disini.

Tak terasa aku sudah sampai tujuanku, Jl. Magelang KM. 11. Aku turun dari bis setelah mengucapkan terima kasih kepada supir bis yang mengantarku. Jalanan masih lengang, langit masih gelap. Hmmmh, aku mencium wangi Jogja di pagi hari. Wangi yang khas, wangi yang selalu membuat aku rindu. Kubawa tas ku menuju rumah yang akan aku tinggali nanti, rumah kakekku.

Saat itu pukul 4 pagi. Sesampainya di depan rumah kakek, aku melihat ke sekitar. Sepertinya orang-orang di dalam rumah masih tertidur. Ku pencet bel rumah. Suara bel mengalun. Sekali, dua kali. Dan saat aku ingin menekan untuk ketiga kalinya, seorang laki-laki setengah baya membukakan pintu.

"Pasti iki putuku yo?" ujar laki-laki itu

"Iya, Mbah. Ini Ajeng" sahutku sambil tersenyum. Laki-laki itu kakekku, yang akan menjadi orang tuaku selama aku tinggal di Jogja.

Aku dipersilakan masuk dan membereskan kamarku sambil menunggu adzan Subuh berkumandang. Saat inigin mengambil air wudhu, aku bertemu Mas Adit, kakak sepupuku. Usianya hanya berbeda setahun denganku.

"Asik, yang ditunggu udah dateng. Gimana rencana kita , Jeng? Kamu belum mulai masuk kuliah kan hari ini?" tanya Mas Adit

"Hahaha, Mas Mas, adeknya dateng bukannya ditanyain kabarnya kek, malah ditanya yang macem-macem. Iya aku mulai kuliahnya minggu depan, jadi seminggu ini kita bisa jalan-jalan. Aku mau ngapalin jalan di sini ya Mas, biar nanti kalo jalan-jalan sendiri aku nggak nyasar." jawabku

"Bereees. Oiya, nanti malem ada acara di Taman Budaya, acaranya Mas Bian. Ada pagelaran seni gitu.Kemaren, Mas Bian ngasih aku 2 tiket VIP. Katanya spesial buat kita. Ikut ya !" ajak Mas Adit. Aku langsung meng-iya-kan ajakannya itu.

Mas Bian juga kakak sepupuku. Aku, Mas Adit dan Mas Bian sangat dekat. Setiap aku ke Jogja, kami selalu menyempatkan untuk jalan-jalan bertiga.

Siang ini aku tidak pergi kemana-mana, Mas Adit kuliah. Jadi aku hanya membantu Mbah Putri di dapur, dan sesekali bermain laptop di kamar. Bosan. Aku melihat kumpulan foto-foto di laptopku, foto-foto ketika aku SMA. Ku teliti satu persatu kumpulan foto tersebut, sampai aku tiba pada satu foto. Foto Dimas. Dua detik aku terdiam memandang foto itu, berfikir bahwa ternyata perpisahan itu benar-benar ada. Padahal banyak hal yang belum sempat aku utarakan padanya, namun semuanya sudah terjadi. Aku ingin membangun hatiku lagi disini, di Jogja. Dan emlupakan hal kelam selama aku masih di Bogor sana.

Tak terasa malam tiba, selepas Maghrib aku dan Mas Adit sudah bersiap untuk pergi. Kami mengendarai sepeda motor menuju Taman Budaya. Kami melewati jalanan padat Jogja di malam hari, apalagi itu malam minggu. Seluruh jalan penuh sesak oleh kendaraan. Tapi aku menikmati hal seperti ini. 

15 menit kemudian kami tiba di Taman Budaya, suasananya sangat ramai tapi karena mendapat tiket VIP, kami dengan mudah bisa memasuki tempat pertunjukan tanpa perlu mengantri lebih lama. Kulihat Mas Bian sangat apik memainkan perannya. Sebuah drama paraodi, yang sangat seru. Sangat membuatku terpukau, sesekali membuatku tertawa terbahak-bahak. Melihat tingkah Mas Bian membuatku tak sabar ingin menemuinya.

Selesai pertunjukan, aku dan Mas Adit menemui Mas Bian di belakang panggung.

"Mas Bian keren banget! Bisa juga kamu akting kaya gitu, Mas. Hahaha" ujarku kepada Mas Bian

"Hehe makasih Jeng. Untung kamu dateng hari ini, jadi bisa lihat Mas Bian akting kaya tadi. Jarang-jarang loh. Itu aja ikutnya dipaksa sama temen Mas" tawa Mas Bian.

Mas Adit yang sedari tadi hanya mendengarkan pembicaraanku dengan Mas Bian tiba-tiba berkata ,"Bian, toliet sebelah mana sih? Aku kebelet"

"Ah ada-ada aja kamu , Dit. Ayo aku anteein aja deh. Pake toilet yang di dalem aja, yang diluar kotor" Ujar Mas Bian

"Aku gimana?" tanyaku

"Kamu disini aja dulu, nggak lama kok .." jawab Mas Bian " Duduk aja disitu tuh" ujarnya lagi sambil menunjuk sebuah bangku panjang.

"Yaudah, tapi jangan lama-lama ya" jawabku sambil berjalan menuju bangku yang ditunjuk Mas Bian.

Sambil menunggu, aku melihat handphoneku, membuka twitterku, dan melihat timelinenya. Sebuah akun twitter tentang Jogja sedang membahas pagelaran yang sedang berlangsung di tempat aku berada sekarang. Dan admin akun itu menulis "Yang lagi di Taman Budaya, RT tweet ini". Aku langsung meretweet tweet itu, dan tak beberapa lama, kulihat ada mention masuk untukku. Kulihat dari akun @mikaa yang juga meretweet tweetku. Seingatku , kami tidak saling memfollow. Lalu dia mementionku

@mikaa : @aajjeenngg lagi di TBY juga? acaranya seru ya
@aajjeenngg : @mikaa iya ini lagi di TBY. ini siapa ya? apa kita udah saling follow?
@mikaa : @aajjeenngg hehe ini mika. kamu? emang kita belum saling follow. aku follow kamu ya
@aajjeenngg : @mikaa aku ajeng. iya ini udah aku follow back. salam kenal ya
@mikaa : @aajjeenngg iya sama sama :)

Mention terputus. Seseorang yang bernama Mika itu tidak membalas mentionku lagi. Saat yang sama, Mas Adit dan Mas Bian kembali. Lalu kami beranjak dari tempat itu.

Malam menunjukkan pukul 20.30 , angin malam itu lumayan agak kencang. Aku merapatkan jaket jeansku.

"Makan yuk, laper nih. Aku yang traktir deeeh" ajak Mas Bian

"Hayuuuuk" jawabku dan Mas Adit kompak. Siapa yang akan menolak kalau akan ditraktir makan. Hehehe

Kami lali menuju sebuah tempat makan bebek goreng di dekat Monjali. Aku sangat suka makan bebek goreng, apalagi makan di tempat ini. Kuhabiskan makananku, lalu aku bercerita tentang rencana kegiatanku selama seminggu sebelum aku kuliah perdana, Senin pekan depan.

"Jadi gini Mas Mas ku yang ganteng, pokoknya kalian harus jadiin aku kenal Jogja lebih dalam dalam waktu seminggu ini. Gimana? Pokoknya ke tempat biasanya anak-anak Jogja nongkrong deh. Hehehe" ujarku. Mereka setuju, tapi mereka meminta maaf jika mereka tidak bisa setiap hari menemaniku karena mereka harus kuliah juga. Aku memakluminya. Malam itu, kami pulang kerumah setelah pukul 21.30.

Keesokan paginya, aku mengajak Mas Adit dan Mas Bian ke sunday morning di UGM, tempat kuliahku. Saat aku membuka twitter, aku menemukan Mika jga ternyata sedang berada disana. Lalu aku memutuskan untuk kopi darat dengan Mika, di sunmor itu. Mika berkata bahwa ia memakai baju berwarna hijau dan aku berkata bahwa aku memakai baju berwarna biru, memakai jilbab, dan membawa tas berwarna hitam. Tak kusangka, kami bertemu 5 menit kemudian, dan yang paling membuatku kaget adalah, ternyata Mika itu laki-laki.

"Ajeng?" sapanya

"Iya, ini siapa?" tanyaku balik

"Mika.. Yang tadi mention kamu" jawabnya

"Loh, kamu tuh cowok?" tanyaku heran. Dari username twitternya, kupikir dia adalah gadis yang manis. Ternyata perkiraanku salah besar. Mika sedikit agak, tampan.

"Iya, aku cowok. Hehe, kaget ya?" tanyanya

"Iyalah, soalnya nama kamu manis banget di twitter. Aku jadi salah duga kan. Hehe, maaf ya" ujarku  "Oiya, ini Mas ku, Mas Adit sama Mas Bian. Mas, ini yang aku ceritain kemaren itu, Mika"

Mereka saling berkenalan. Aku dan Mika hanya bertemu beberapa menit, lalu kami berpisah. Mika berkata bahwa dia senang bertemu denganku. Ya, hanya itu yang ia ucapkan. Mas Bian mengingatkanku untuk tidak terlalu percaya kepada orang yang baru kita kenal. Aku paham, apalagi aku orang baru di Jogja.

Bersambung..

6 komentar:

  1. mantap han .
    kayak masa depan nih .
    hahahaha .
    han bikin novelnya aja sekalian .
    mantap banget .

    mas ADIT hahahahahahaaahahhaa bukannya om bian itu .

    hahahaha

    BalasHapus
  2. masa depan? hehehe ini cerita fiktif yang tokohnya nyerempet rada nyata hehehe :3
    aminnn deh kalo endingnya bagus jadi kenyataan.. hehehe

    makasih mas udah sempet mampir :)

    BalasHapus
  3. hahhaa .
    okeh okeh .
    amiiiiiiiiinn .

    kenapa g [om] aja han

    hahhaa

    BalasHapus
  4. ntar ngejelasinnya susah mas, hahah lagian dibilangin ini setengah fiksi hahaha :D

    kira2 selesai sampe part berapa ya? haha

    BalasHapus
  5. hahaha, harus bagus han,

    mantap nih ceritanya ntar di tampung di KR sekalian han

    BalasHapus
  6. woh, hehehe
    ini aku bikin cerpen tuh kepengennya bulek mas. baru kelakon sekarang hehehe

    BalasHapus

Komentar dari: