"Jika wangimu saja bisa
Memindahkan duniaku
Maka cintamu pasti bisa
Mengubah jalan hidupku..."
Perlahan sebuah lagu mengalun di radio. Aku yang sedang memusatkan perhatianku pada layar handphone kemudian memalingkan wajah ke radio sambil memicingkan telinga. "Raisa..", ucapku menyebut sebuah nama. Seorang penyanyi wanita yang cantik jelita dan memiliki suara merdu. Aku bukan penggemarnya, tapi seseorang di sana adalah penggemar beratnya. Kuubah posisi tubuhku menjadi lebih dekat dengan radio, ku besarkan volume suaranya dan memejamkan mata. Lagu ini belum pernah kudengar sebelumnya, nampaknya lagu baru Raisa.
"...Cukup sekali saja aku pernah merasa
Betapa menyiksa kehilanganmu
Kau tak terganti kau yang slalu kunanti
Takkan kulepas lagi.."
Satu-satunya hal yang terbayang saat itu adalah, dia. Seseorang yang sangat mengagumi Raisa. Seseorang yang selalu menyamakan dirinya dengan Raisa, tapi selalu ku bantah dan ku bilang bahwa dia lebih mirip Fitri Tropica. Iya, menurutku, Raisa kurang cocok karena sebenarnya dia lucu seperti Fitri Tropica. Kalau sudah begitu, biasanya dia akan memajukan bibirnya tanda kesal atau sesekali mencubit gemas pinggangku.
Lagu ini mengingatkan aku tentang suatu waktu dimana aku dan dia sedang 'jauh'. Jauh, karena walaupun setiap hari kami bertemu, dia tidak dapat ku jangkau. Jangankan mengajaknya berbicara, menatapnya saja seakan aku tak dapat izin. Hal yang saat itu bisa aku lakukan hanya berusaha untuk menghargai perasaanku dengan membiarkan jarak itu ada. Ini seakan menjadi sebuah hal yang tidak dapat ku mengerti dan ku bayangkan sebelumnya. Ada yang merenggut tawa yang semestinya bisa kami buat berdua. Ya, ini memang pilihannya. Tanpa dia sadari pilihannya membawa konsekuensi bahwa ada yang mesti pergi.
Tak ada yang bisa aku lakukan selain berharap bahwa dia bahagia dengan pilihannya. Aku tidak akan pernah memaksanya untuk memilih sesuai dengan apa yang aku mau, aku ingin dia membuat pilihannya sendiri.
Tak kusangka, suatu waktu dia kutemukan sedang menangis tersedu. Aku hanya bisa menatapnya dari sudut tempatku berdiri. Ada bagian dari diriku yang ikut tersakiti melihat dia sesenggukan di samping koridor kelas. Tanganku mengepal keras, kalau bisa ingin sekali ku pukul wajahku sendiri yang hanya bisa mematung tanpa berani menghampiri dan mengusap air matanya. Ya, aku sudah mendengar kabar tentang bagaimana pilihannya menghancurkan perasaannya sendiri. Tak perlu ku ceritakan lebih, aku muak mengingatnya.
Dia berkata bahwa ia sangat kehilangan. Tapi seharusnya dia tau bahwa dia tak pernah kehilangan apapun. Ada yang tetap menunggunya tanpa pernah punya keinginan untuk pergi sama sekali.
"...Pegang tanganku bersama jatuh cinta
Kali kedua pada yang sama.."
Hari ini, sudah jauh sekali dari masa itu. Kami sedang mempersiapkan diri membangun cinta kami di atas janji suci. Dia selalu terlihat bersemangat dan sangat bahagia. Tak ada hal lain yang selalu aku minta pada Tuhan selain agar dia selalu menemukan kebahagiaan atas pilihan hidupnya. Terima kasih telah memilih kesempatan ini, tidak akan pernah ku sia-siakan apa yang telah aku miliki saat ini.
Dan menjelang akhir lagu diputar, aku meraih handphoneku. Mencari namanya dalam daftar kontak, menekan tombol "Panggil", dan dari seberang sana terdengar suaranya,
"Halo..."
"Hai, Sayang. I love you.."
"...Jika senyummu saja bisa
Mencuri detak jantungku
Maka pelukkan mu yang bisa
Menyapu seluruh hatiku..
Cukup sekali saja aku pernah merasa
Betapa menyiksa kehilanganmu
Kau tak terganti
Kau yang slalu kunanti
Takkan kulepas lagi
Pegang tanganku bersama jatuh cinta
Kali kedua pada yang sama
(Jatuhkan hati, tanpa peduli)
Kedua kali kita bersama lagi
Pegang tanganku bersama jatuh cinta
Kali kedua pada yang sama
Sama indahnya..."
Song:
Kali Kedua by Raisa (Handmade - 2016)
***
p.s. Ini cuma cerita buat visualisasi lagu menurut interpretasiku aja. Kalau mungkin ada kesamaan cerita, mungkin emang kejadiannya kayak gitu. Hihi. Anw, Raisa's song always touch my heart. Maybe someday I have chance to meet her. Aamiin. Hihi (again).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dari: