9 Juli 2013

Sunset Bersama Rosie



Novel dengan jumlah halaman sebanyak 426 ini bisa-bisanya menyita perhatian saya ditengah kesibukan saya Praktik Industri. Hehe, kalo boleh jujur sih sebenarnya juga nggak sibuk-sibuk banget di tempat PI, jadi untuk mengisi waktu yang terlewat selo ini, dan karena menurut beberapa teman yang udah pernah baca bilang kalau novel ini bagus, akhirnya saya memutuskan buat pinjem novel ini ke Siti dan kemudian bertekad menamatkannya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. 

Ketika novel sudah ditangan, lembar demi lembar bisa saya baca, sampai setengahnya. Tapi ternyata baru bisa menamatkan setengahnya lagi setelah beberapa hari teronggok di dalam tas karena ketika sudah sampai rumah, saya sudah capek mau nerusin baca *macak sibuk*. Cukup tiga setengah jama saya menghabiskan setengah novel ini dengan perasaan yang bercampur aduk. Bentar sedih bentar ketawa, tapi lebih banyak sedihnya sih, Eh, bukan sedih. Tapi apa ya... Em, kita simpulkan nanti. Oiya, gara-gara saya baca novel ini juga, salah satu rekan saya di tempat PI bilang "Ipeh anteng banget kalo udah baca buku". Hehe.

Novel ini mungkin novel pertama Tere Liye yang ketika saya baca rasanya kayak menohok-nohok perasaan saya. Bagaimana cerita para tokohnya dalam menyikapi kehilangan, memaafkan masa lalu, membuat kesempatan supaya bisa memperbaiki kesalahan yang pernah ada. Tentang perjuangan mengais puing harapan setelah kehilangan, dan tentang janji yang harus ditepati laki-laki sejati.

Tegar yang mencintai sahabat masa kecilnya, Rosie, harus rela mengubur semua perasaanya karena Rosie menerima cinta Nathan, orang yang baru dua bulan dikenalnya ketika mereka bertiga sedang melakukan pendakian di Gunung Rinjani. Tegar yang memupuk perasaan cinta terhadap Rosie sejak mereka kecil pun memutuskan untuk pergi menghilang dari kehidupan mereka berdua. Ia belajar untuk tidak lagi mengingat masa lalu itu, dan belajar berdamai dengan masa lalunya. 13 tahun setelah pernikahan Rosie dan Nathan, mereka berdua memiliki empat orang anak perempuan yang diberi nama Anggrek, Sakura, Jasmine dan Lili. Tegar pun sudah mulai bisa menerima semua kenyataan itu, termasuk kembali jatuh cinta dengan Sekar, gadis yang akan ditunanginya dan dinikahinya.

Sampai pada suatu hari ketika Rosie dan seluruh keluarganya sedang ingin merayakan hari pernikahan Rosie dan Nathan di Jimbaran, bom besar meledak dan menewaskan Nathan. Bom itu merenggut semua kebahagiaan keluarga itu. Tegar yang pada saat bom meledak sedang melakukan tele-conference dengan keluarga Rosie pun langsung menuju Jimbaran untuk memastikan keadaan mereka semua. Mereka terpukul mengetahui Nathan meninggal. Anggrek, Jasmine dan Lili secara fisik baik-baik saja, tangan kiri Sakura perlu di gips, dan Rosie depresi berat bahkan harus di rehabilitasi di shelter. Selama pemulihan itulah, Tegar yang mengurusi mereka semua, bahkan sampai harus menunda pertunangannya dengan Sekar. Tetapi Tegar berjanji ketika Rosie sudah sembuh nanti, ia akan kembali ke Jakarta untuk bertunangan dengan Sekar.

Sekar mengetahui masa lalu Tegar dan Rosie merasa cemburu dengan apa yang dilakukan Tegar di Gili Trawangan (tempat tinggal sekaligus resor milik keluarga Rosie), ia merasa bahwa Tegar belum dan tidak bisa terbebas dari masa lalunya bersama Rosie. Sekar merasa jika Tegar tetap bersamanya, ia hanya akan menjadi bayang-bayang Rosie dalam kehidupan Tegar. Sekar kemudian 'melepas' Tegar jika memang pada akhirnya dia tetap tidak bisa tulus mencintainya.

Setelah waktu lama berjalan, dua tahun. Setelah semua keadaan kembali normal. Setelah semuanya menjadi 'nyaman'. Rosie sembuh, anak-anak pun kembali ceria dan tumbuh menjadi bunga-bunga yang sedang mekar. Kenyataan harus menampar mereka semua, karena Tegar kembali ke Jakarta setelah mengetahui bahwa Sekar akan bertunangan dengan pria lain yang lebih bisa memberinya kepastian dibandingkan jika harus tetap menantikan Tegar kembali. Tapi Tegar yang telah berjanji akan menikahi Sekar meminta Sekar untuk memberikan kesempatan sekali lagi kepada Tegar supaya Tegar bisa memenuhi janjinya pada Sekar. Akhirnya Sekar memberikan kesempatan itu dengan menolak lamaran pria lain itu.

Ketika Tegar akan kembali ke Jakarta untuk bertunangan dengan Sekar, barulah fakta terungkap bahwa sebenarnya ketika dulu Rosie dan Nathan akan menikah, Oma yang lebih dahulu mengetahui cerita tentang Tegar bercerita kepada Rosie tentang apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan demi mencari Tegar yang 'menghilang', pernikahan itu diundur selama 6 bulan. Tetapi ketika mereka menyadari bahwa Tegar tidak akan kembali lagi, akhirnya pernikahan Rosie dan Nathan tetap dilaksanakan. Kini, ketika semuanya terlanjur nyaman, ketika Rosie memberikan tatapan berbeda kepada Tegar, ketika semua kesempatan kedua untuk Tegar terasa sangat mungkin, Tegar harus menghadapi janji kehidupan yang labih baik bersama Sekar. 

Di akhir cerita, ketika Tegar dan Sekar akan menikah, Lili kemudian berkata bahwa ia ingin memanggil Tegar dengan sebutan Papa. Bukan Uncle, bukan Om atau bukan Paman seperti kakak-kakaknya yang lain.

"Dua puluh tahun kelak, aku pasti menyesali telah melakukan ini, Tegar. Tetapi, dua puluh tahun kelak juga, aku pasti lebih menyesal jika tidak melakukannya". Sekar menahan tangis, tubuhnya bergetar. Satu tangannya yang lain meraih lenganku, menatapku, "Menikahlah dengan Rosie, Tegar. Menikahlah. Pagi ini aku paham, aku mengerti, kalian ditakdirkan bersama sejak kecil. Aku sungguh bahagia menerimanya, dan itu akan lebih mudah dengan pemahaman yang baru. Aku akan baik-baik saja. Menikahlah!"
Pagi itu aku mengerti arti kata kesempatan. [hal. 425]
Selesai membaca novel ini saya sedikit bisa membuka pemahaman saya mengenai perasaan kepada seseorang. Lalu bagaimana pula tentang memaafkan kesalahan, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.  Tapi yang saya selalu suka dari novel Tere Liye adalah, tokoh-tokohnya yang tidak pernah ingkar janji. Selalu berusaha memenuhi setiap janji yang pernah diucapkan, perkara apakah nanti janji itu terpenuhi atau tidak, Tuhan yang menentukan. Dalam novel ini juga terdapat bagian dimana seseorang bisa saja merubah keputusannya hanya dalam hitungan detik.

Kemudian, tadi malam, saya menulis sebuah pesan kepada seseorang....

Assalamualaikum wr wb. 
Menyambut Ramadhan ini, aku cuma mau minta maaf untuk semua kesalahanku, baik yang sengaja maupun enggak, baik yang sudah aku lakukan maupun yang akan aku lakukan. Semoga hati kita sama-sama dilapangkan supaya ibadah Ramadhan kita bisa lancar sampai akhir. Aamiin. 
Ada banyak hal yang nggak aku ngerti, salah satunya kenapa kita harus seperti bermusuhan karena satu laki-laki. Tapi ya sudahlah, sepertinya ini adalah salah satu fase kehidupan yang memang perlu dilewati. Kamu nggak perlu minta aku sampe harus jaga dia disini, aku yakin ketika dia bisa jaga kamu, dia juga pasti bisa jaga dirinya sendiri. Kamu nggak perlu khawatir juga aku akan ngambil dia dari kamu, kamu harus tau kalau dia nggak bakalan mengecewakan orang yang bener-bener dia sayang. 
Sekali lagi aku minta maaf buat semua kesalahanku :)
Wassalamualaikum wr wb.
Saya terinspirasi dari Jasmine yang bisa dan mau memaafkan orang yang bahkan merenggut nyawa Ayahnya dan ratusan orang lainnya ketika Bom di Jimbaran meledak.

"Kata Paman Tegar..... Kata Paman Tegar, kami tidak boleh membenci Om. Tadi pagi Paman Tegar bilang, kami tidak boleh sedikitpun membenci Om. Meski, meski....." Jasmine tak tahan lagi, gadis kecil itu tak kuasa lagi menahan sesak di hatinya. Ia terisak, linangan air mata mengalir di lesung pipinya. 
Senyaplah seluruh kegaduhan. 
Bagai hutan yang ramai oleh suara jangkrik, serangga, lenguh burung hantu, desis binatang malam, tiba-tiba berhenti semuanya, seketika. Kesunyian magis menggantung di seluruh sudut ruangan pengadilan. 
"Jasmine.... Jasmine tidak akan membenci. Demi Paman Tegar yang mengajarkan Jasmine menyulan, merajut. Jasmine... Jasmine tidak akan pernah membenci Om. Karena Jasmine percaya apa yang Paman Tegar bilang. Sungguh percaya. Ayah, kata Paman Tegar, Ayah tersenyum senang di surga kalau Jasmine bisa memaafkan Om"
Pesan yang bisa saya tangkap salah satunya adalah bahwa selain mengharap dan memberi kesempatan, kita juga harus memiliki sebuah kata lainnya, yaitu cukup. Ya, setiap kesempatan harus diiringi dengan kata cukup, agar kita tidak perlu merasa harus memiliki semua kesempatan itu :')

Kamu tidak akan pernah memiliki seseorang jika kamu terlalu mencintainya - Oma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari: