16 Desember 2012

Bumi Menunggu


Apa yang bisa bumi lakukan selama menunggu langit menurunkan hujannya selain menunggu? Bumi tidak bisa merengkuh tangan-tangan halus langit yang menghitam dikejauhan. Ingin sekali bumi bertanya, mengapa langit begitu pekat menakutkan banyak makhluk yang ada diatasnya. Yang was-was lalu mempercepat kegiatannya agar mereka tepat didalam rumah ketika langit mulai menurunkan hujannya. Bumi ingin bertanya adakah yang salah dari dirinya, hingga langit menangis?

Langit masih terdiam dengan pekat yang juga masih menyelimutinya. Bumi kembali bertanya, tapi langit malah mengeluarkan gemuruh yang memekakkan telinga. Ya, sekarang bumi paham. Langit sedang tidak ingin diganggu.

Ingin sekali bumi berlari mendekat pada langit, menciumi setiap jengkal pekat yang menyelimutinya. Berharap setiap sentuhannya bisa meluluhkan pekat yang sekarang semakin mengerikan. Tapi bumi sadar, ia dan langit adalah dua hal yang tidak mungkin saling bercumbu saat itu. Dan bumi kembali menunggu...

Makhluk di atas permukaan bumi kembali melongok keluar. Masih was-was. Langit masih menghitam, dan bergemuruh. Bumi masih di tempatnya, menunggu.

Tidak lama, setetes demi setetes air mulai turun. Bumi melongok keatas, lalu tersenyum. Langit, terima kasih, katanya. Semakin lama semakin deras, ratusan jarum-jarum pemberi kehidupan mulai membasahi bumi. Dan setelah itu, gumpalan hitam yang menutupi langit pun memudar. Mengembalikan langit dengan warnanya yang indah. Dan disudut langit, ada selengkung garis yang tak kalah indah, menyungging pada bumi. Dan langit berkata,

Bumi, aku mencintaimu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari: