6 November 2010

Kertas

Aku mau menjadi kertas buat kamu
Kalau kamu lagi senang kamu boleh tulis semua rasa bahagia kamu di aku,
kalau kamu marah kamu boleh coret coret aku,
kalau kamu sedih pakai aku buat menyeka tangisanmu,
Tapi ingat kalau kamu benci jangan buang aku,
karena disaat kedinginan aku akan membakar diriku yang kertas ini untukmu

Puisi inilah yang pernah kudengar dari temanku. Ya, siapa lagi kalau bukan sahabatku Harlan, seorang yang penuh keramaian di dalam dirinya, yang berubah menjadi sedikit pemurung dan pendiam. Kasian sahabatku, mungkin akupun akan sepertinya bila mengalami itu.
“Kantin yok, udah istirahat nih…” berusaha memecah lamunannya,
“ Entar dulu deh, 5 menitan lagi.. Nggak enak kalau ketemu dia ntar dikantin..” ucapnya sambil tersenyum kecut.
Awalnya kupikir perhatian wanita itu hanya sekedar tanda persahabatan kita semua yang pernah satu kelas di kelas XI, pertemanan Harlan dan Citra hanya seperti teman yang lain, tak ada yang menganggap lebih, toh Citra sudah memiliki kekasih dulu. Percintaan SMA, masa remaja yang indah. Harlan sempat bercerita, semenjak kisahnya di acara kelas, mereka mulai memiliki sikap berbeda.  Kisah yang sangat rumit,

                Acara perpisahan kelas sangat terkenang untuk kami, indahnya tali persaudaraan membuat kami tak mau bertukar kelas lagi. Ya, sangat indah, tak dapat dipungkiri akupun tak ingin berpisah, meskipun hanya bertukar teman-teman kelas, padahal masih satu sekolah, tapi tetap saja berbeda.
Kami mulai memasuki tahun ajaran baru kami di kelas XII. Seperti biasa, Kegiatan Belajar Mengajar belum sepenuhnya efektif, masih bias bersantai santai.

“Lan, besok ada film baru lho. Kita nonton yuk sama temen-temen?” Tanya Citra kepada Harlan dengan penuh semangat.
“Ajak ayangnya dong,hehe. Bercanda kok, kalau temen-temen mau ya udah..” jawabnya dengan riang. Mereka kembali bercanda bersama dengan yang lain.

                Pertemanan kami memang indah, layaknya kami semua bersaudara dalam satu kelas itu. Tapi tidak dengan Harlan dan Citra, pertemanan mereka sangat jauh dari hanya sekedar pertemanan. Persahabatan? Kurasa tidak, lebih dekat lagi. Saudara? Lebih akrab dan lebih dekat lagi mungkin. Ya, hubungan mereka jauh dari itu, layaknya pasangan remaja. Meskipun secara garis besar mereka hanya teman, tapi perasaan mereka berbeda. Mereka mengakui ada rasa yang datang seiring berjalannya waktu dan hadir diantara mereka. Jelas aku menentang dalam pikiranku, Harlan juga tau semua masalahnya. Ya, Citra sudah memiliki pacar. Namun sebagai teman aku hanya bias mendukung. Sampai suatu waktu tercium lah semua hubungan Harlan dan Citra oleh pacarnya. Marah? Jelas, besoknya mereka pun bertemu.

“Udah lah, sekarang terang terangan aja, sebenernya ada hubungan apa sama Citra?” dengan emosi Pacarnya bertanya pada Harlan berbicara empat mata. Bagaimana aku tahu? Harlan sahabatku, meskipun dia orang yang tertutup sesekalipun dia pernah membongkarnya,
“Nggak, nggak ada hubungan apa apa, Cuma temen.”jawab Harlan santai,
“Ah, udah deh ngaku aja, Lu suka kan saam Citra.”
“ Misalkan iya juga nggak ada masalah kan, tinggal Citra yang milih”


                Jelas menakutkan, aku yang berjalan bersama teman lain berniat pulang pun sedikit ragu melihat gerombolan anak- anak itu. Kulihat di seberang jalan sana Citra sedang berbicara dengan pacarnya beserta teman-teman pacarnya.

“Pantes kamu ngejauhin aku Cit akhir-akhir ini.” Terang-terangan si pacar berkata,
“Ya udah lah, memang kenapa?” Citra pun tak mau di sindir,
“Kamu kok gitu, kenapa? Apa gara-gara Harlan?”,
“Kalau iya, kenapa? Ada yang aneh?, udah lah kita akhirin aja semuanya sekarang?”
“Lho, kok gitu? Ayo lah Cit, kasih aku kesempatan bareng kamu lagi.”
“Maaf, udah ga ada lagi”
“Jadi kamu tetep milih dia?”
“Iya, jelas aku milih dia.” Citra tak merubah pendiriannya sedikitpun,
“Oke, biar temen-temen aku yang ngurus Harlan kalau kamu memang maunya begitu.” Ancam pacarnya
“Kok kamu begitu sih?” Tanya Citra kesal,
“terserag kamu pilih siapa sekarang.”

Tak ada yang mengetahui semuanya, sampai esok senyum indah terlempar diantara Citra dan Harlan. Tak jelas semuanya, yang pasti mereka bisa bersama. Masa sekolah yang tinggal beberapa bulan ini mereka jadikan kenangan indah, setiap Istirahat pasti Citra berpura pura memanggil temannya di kelas Harlan, padahal hanya sekedar ingin melihat Harlan,haha, lucunya mereka. Pulang sekolah mereka selalu berdampingan bersama, kadang Citra harus menemani Harlan mengerjakan tugas kelompok terlebih dahulu sebelum pulang, terkadang pula Harlan rela menunggu kekasihnya yang belum pulang Karen ada jam LPK. Tidak hanya sekedar pacaran, mereka saling memotivasi. Indahnya kisah mereka…
Agustus, September,Oktober, November, Desember, Januari, Februari, Maret. Ujian Nasional terlewati dengan susah payah, hasilnya pun memuaskan siswa SMAN 1 Cibinong angkatan 2010/2011 lulus 100%. Semua bergembira, sampai akhirnya kenangan itu tersimpan. Harlan masuk Universitas favoritnya, begitu juga dengan Citra, meskipun jarak memisahkan mereka tetap bersama. Sampai aku mendapatkuan undangan pernikahan mereka. Ya, Indahnya hubungan mereka.

Tapi, semua itu tak berjalan seperti indahnya cerita yang kuinginkan. Saat kejadian itu tak ada yang jelas apa yang akhirnya dipilih Citra, sampai keesokan harinya aku mengetahui bahwa Citra lebih memilih bersama pacarnya lagi. Pahit kurasa, seperti tak ada pengorbanan. Setelah mengetahui penyebabnya aku mencoba menjelaskan kepada Harlan, tapi sia sia. Kecewanya sangat berat kurasa terhadap Citra. Kasian dia, berubah menjadi pemurung dan pendiam. Harlan berusaha menjauhi Citra, seperti tidak saling kenal. Kasihan Citra, dia masih berharap bisa berteman dengan Harlan. Kisah yang rumit diantara mereka.  Meskipun Citra melakukannya demi Harlan, tapi tetap tak ada peduli dari Harlan, kecewa terlalu berat mungkin. Di satu sisi, aku percaya Harlan selalu berfikir tentang pilihan Citra, karena dia tahu jelas ini bukan kesalahan Citra sepenuhnya.

*Cerpen titipan dari seseorang yang ingin eksis dengan numpang di blog gw :p

Beneran ini bukan cerpen gw. Sumpah. Hahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari: