19 Juni 2010

Ketika Petang

ini kisah satu jam di petang hari . saat kukira yang semuanya tak mungkin , ternyata menjadi kenyataan . saat aku pulang kuliah dan hendak menunggu bis yang akan mngantarku pulang di halte seberang kampusku , tiba- tiba kamu lewat didepanku (dengan motor matik merahmu) dan brhenti persis di depanku . sekilas aku terlihat ragu denganmu , lalu kamu membuka kaca helm mu dan berkata .

"maura, mau pulang ya ?"

aku merutuk dalam hati , tapi senang bukan kepalang "iya .. ini juga lagi nunggu bis. kamu kok berhenti disini?"

"kamu mau aku antar pulang ? kelihatannya kamu sudah lama menunggu disini "

aku melirik arloji ditangan kiriku, 17.50 rupanya . awan sore sudah melambaikan tangannya , dan langit hitam sudah mulai berlari-lari dilangit "emm , kita kan beda arah"

"haha itu urusan mudah . aku tinggal mengantarmu pulang , dan aku akan kembali kerumah . beres kan ?"

sebenarnya itu memang urusan mudah saja seperti yang kamu katakan , hanya saja hatiku tak semudah itu menjabarkan segala yang kamu ucapkan barusan. kamu , seseorang yang sering kulihat mondar-mandir di perpustakaan kampus, seseorang yang sering kulihat mengisi acara mentoring di masjid kampus. seseorang yang seharusnya bisa kukagumi dengan mudah, andai saja aku megenal kamu lebih dulu.

tanpa banyak berkata lagi , dan kebetulan aku sudah sangat lelah untuk menunggu bis yang tak kunjung tiba , aku mengiyakan tawaranmu untuk mengantarku pulang. langit makin menghitam , dan saat ini aku sudah berada diatas motor merahmu.

jarak yang kutempuh sekitar 15km , itu terasa sangat lama sekarang. padahal, setiap hari aku selalu melakukan ini. tapi kali ini berbeda.

hembusan angin menerpa wajahku , dingin. terang saja, aku , tanpa helm dan jaket diserbu gelitikan angin yang harus kutahan selama dalam perjalanan. hidungku mulai dingin.

5 menit pertama

"bagaimana kuliahmu?" tanya kamu

aku mungkin terlalu menikmati saat itu, sehingga aku terkejut mendengar kamu bicara "aa..aaapa ?"

"bagaimana kuliahmu?" tanya kamu lagi 

"eh , baik. hanya saja ada beberapa tugas yang membuatku cepat lelah" jawabku

"sebaiknya jangan memaksakan. akan semakin repot jika kamu sakit" ujarmu sambil menatap lurus jalanan di depanmu.

"iya, terima kasih"

ya, itu terlihat sangat kaku untuk ukuran orang yang sudah kenal selama hampir 2 tahun. aku, yang mengenalmu di tahun kedua masa perkuliahan, saat ada ospek mahasiswa baru dan kita menjadi pendamping bersama. awalnya kita sering di jodoh-jodohkan oleh teman seangkatan karena aku pernah meminjam jaketmu saat aku datang ke kampus dengan kondisi basah kuyup kehujanan.
setelah ospek selesai , kita tak meneruskan pertemanan itu , mungkin. karena kita sudah sama-sama sibuk di dunia kita masing-masing. sampai ketika suatu hari , kita dijadikan pendamping ospek lagi ditahun selanjutnya. aku terkejut saat harus bertemu kamu lagi. bayangan ledek-ledekan dari teman seangkatan kembali membayangiku. tapi beruntungnya, mereka mendapatkan bahan ledekan baru, sehingga kami terlupakan oleh mereka.

saat itu, kamu menunjukkan segala kebaikanmu kepadaku. menunjukkan kedewasaan dan kewibawaanmu, yang membuat aku sedikit mencair. oh tidak, bukan hanya sedikit. tapi hampir separuh hatiku yang lebih dahulu terisi Rehan , mulai kamu jejali dengan berbagai kebaikan yang membuat dadaku semakin sesak.

"maura , bagaimana keadaan Rehan ?" tanya kamu

kembali aku gelagapan "rehan .. hm. rehan baik. ada apa ya dil ?"

"tidak ada apa-apa. kulihat, daritadi kau mengerutkan dahi. ada yang kau pikirkan , ra ?" 

pertanyaannya sedikit mengejutkanku. apa iya sedari tadi dia memperhatikanku dari kaca spionnya, sampai dia melihat ada krutan di dahiku ?

"enggak kok dil. aku cuma mikirin, tugas apa yang paling pertama akan aku kaerjakan saat aku sampai di rumah nanti" ujarku , ngeles. aku tak ingin lelaki didepanku ini membongkar semua yang dia lihat dari spion, dan membuatku bingung harus berbohong dengan jawaban seperti apa.

45 menit perjalanan.

aku mulai terbawa dengan alur pembicaraanmu. sesekali aku tertawa , sesekali aku mendekatkan kepalaku pada bagian samping helmn mu, mencoba mendengar dengan jelas setiap perkataanmu. tanpa sadar , kucengkeram jaket abu-abumu saat kamu mengerem mendadak dan kepalaku terbentur helm. aku merasa ada desiran hangat yang mengisi dadaku. tapi saat aku mulai tersadar lagi dan mencoba bernafas , terasa sesak. aku tahu, hati ini terlalu sempit untuk disinggahi dua laki-laki.

2 menit terakhir.

tidak terasa , kami sudah sampai di depan gang rumahku. tinnggal melewati beberapa rumah lagi, dan kami akan sampai. saat melewati rumah bercat oranye , sampailah kami . dan aku kembali melihat arlojiku . 18.50  satu jam tepat aku bersamamu di motor merah itu. membelah jalanan, membelah hatiku , tapi itu terlalu sulit.

"terima kasih ya , fadil" ujarku sambil turun dari motormu. kata-kataku sudah tak sekaku saat aku baru saja naik.

"sama-sama, aku pulang ya maura" kamu menstater motormu dan bergegas meninggalkan aku di depan pagar rumaku itu. aku masuk kedalam rumah dan, segera membuka binder kesayanganku.

satu jam tadi hampir saja merubah segalanya ..
tapi , aku masih ingat kamu , rehan. aku minta maaf , jika saja kamu tau tingkahku tadi .. tapi ..

2 komentar:

Komentar dari: